Xiamen (ANTARA News) - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi akan memberikan bantuan dana kegiatan penyusunan kurikulum bersama perguruan tinggi dalam negeri yang menjalin kerja sama dengan peguruan tinggi di luar negeri.
"Kami sediakan dana Rp30 juta untuk `joint curriculum` (kurikulum bersama) itu," kata Direktur Pembelajaran Kemenristekdikti Paristiyanti Nuwardani kepada Antara di Xiamen, China, Senin.
Lebih lanjut Paristiyanti Nuwardani menyebutkan bahwa dana tersebut diberikan untuk setiap kegiatan, seperti lokakarya, dalam penyusunan kurikulum bersama itu.
"Ini merupakan kebijakan yang pertama kami luncurkan," kata mantan atase pendidikan dan Kebudayaan RI di Manila, Filipina, itu.
Sebelumnya kurikulum bersama dikerjakan sendiri oleh tim di Kemenristekdikti.
"Kalau mereka sendiri yang menyusun akan lebih baik karena mereka juga yang menjalankan," ujar Paristiyanti yang sebelumnya mengisi acara Simposium Nasional Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok di kampus Huaqiao University, Xiamen, Provinsi Fujian, itu.
Ia mencontohkan program pendidikan Bahasa Mandarin, Bahasa Indonesia, dan Kemaritiman sangat strategis untuk dijadikan kurikulum yang bisa diterapkan di perguruan tinggi di China dan Indonesia.
Jumlah pelajar Indonesia yang melanjutkan pendidikan mulai sekolah menengah atas, diploma, sarjana S1, magister, hingga doktoral mencapai angka 14.000 orang.
Mayoritas pelajar Indonesia di China mendalami program pendidikan Bahasa Mandarin dan ekonomi bisnis.
Sementara pelajar China yang ada di Indonesia mendalami Bahasa dan Sastra Indonesia selain Budaya.
"Kami sediakan dana Rp30 juta untuk `joint curriculum` (kurikulum bersama) itu," kata Direktur Pembelajaran Kemenristekdikti Paristiyanti Nuwardani kepada Antara di Xiamen, China, Senin.
Lebih lanjut Paristiyanti Nuwardani menyebutkan bahwa dana tersebut diberikan untuk setiap kegiatan, seperti lokakarya, dalam penyusunan kurikulum bersama itu.
"Ini merupakan kebijakan yang pertama kami luncurkan," kata mantan atase pendidikan dan Kebudayaan RI di Manila, Filipina, itu.
Sebelumnya kurikulum bersama dikerjakan sendiri oleh tim di Kemenristekdikti.
"Kalau mereka sendiri yang menyusun akan lebih baik karena mereka juga yang menjalankan," ujar Paristiyanti yang sebelumnya mengisi acara Simposium Nasional Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok di kampus Huaqiao University, Xiamen, Provinsi Fujian, itu.
Ia mencontohkan program pendidikan Bahasa Mandarin, Bahasa Indonesia, dan Kemaritiman sangat strategis untuk dijadikan kurikulum yang bisa diterapkan di perguruan tinggi di China dan Indonesia.
Jumlah pelajar Indonesia yang melanjutkan pendidikan mulai sekolah menengah atas, diploma, sarjana S1, magister, hingga doktoral mencapai angka 14.000 orang.
Mayoritas pelajar Indonesia di China mendalami program pendidikan Bahasa Mandarin dan ekonomi bisnis.
Sementara pelajar China yang ada di Indonesia mendalami Bahasa dan Sastra Indonesia selain Budaya.
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.