Jakarta (ANTARA News) - Oase atau disebut juga oasis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah di padang pasir yg berair cukup untuk tumbuhan dan permukiman manusia. Pengertian lainnya adalah tempat, pengalaman, yang menyenangkan di tengah-tengah suasana yang serba kalut dan tidak menyenangkan.
Mungkin suasana sejuk itu yang ingin ditunjukkan oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama dengan para perempuan yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE Kabinet Kerja) saat melakukan kunjungan kerja ke Riau pada 29 Maret lalu.
Melihat langsung, berinteraksi, menyentuh, berkomunikasi, berbagi cerita dan tawa, bernyanyi bersama, hingga tak lupa bagi-bagi sepeda adalah hal yang dilakukan oleh Iriana dan sekitar 28 orang anggota OASE di tengah masyarakat Pekanbaru mulai dari bapak, ibu hingga anak-anak.
Mengenai OASE
OASE adalah organisasi khusus yang dibentuk Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan Ibu Wakil Presiden Mufidah Jusuf Kalla pada 27 Oktober 2014, bertepatan dengan pelantikan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo periode 2014 - 2019 dengan anggota para pendamping menteri Kabinet Kerja. Tujuan OASE adalah untuk mendukung program Kabinet Kerja sesuai kapasitas sebagai para pendamping sekaligus jejaring komunikasi dan koordinasi untuk bersama-sama melakukan serangkaian aktivitas bagi masyarakat.
Ada tiga program besar OASE, pertama adalah program pendidikan khususnya peningkatan kualitas PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan peningkatkan mutu tenaga pengajar seluruh Indonesia; kedua adalah program kualitas keluarga yaitu mendorong program IVA (Inspeksi Visual Asam) Test dan program ekonomi keluarga seperti UKM, keterampilan ibu-ibu dan kerajinan tangan; serta ketiga program sosial budaya yaitu menggalakkan gerakan anti-pornografi, kekerasan dan perlindungan untuk anak anti-narkoba dan miras terhadap masyarakat.
Dalam struktur kepengurusan, Iriana Joko Widodo dan Mufidah Jusuf Kalla duduk sebagai Pembina OASE, sedangkan Erni Guntarti Tjahjo Kumolo menjadi Ketua Umum, sementara Siti Faridah Pratikno dan Endang Nugrahani Pramono Anung didapuk sebagai sekretaris, serta Ratnawati Setiadi Jonan sebagai bendahara. Susunan yang tidak jauh berbeda dengan jabatan yang diemban para suami mereka.
Sedangkan ketua masing-masing program juga diduduki oleh para istri menteri Kabinet Kerja yaitu Ratna Megawangi Sofyan Djalil sebagai ketua bidang Pendidikan Karakter, Erni Guntarti Tjahjo Kumolo sebagai ketua bidang Kualitas Keluarga serta Nora Tristyana Ryamizard Ryacudu sebagai ketua bidang Sosial Budaya.
Dari laman Facebook OASE sudah banyak daerah-daerah yang dikunjungi OASE seperti Pekanbaru, Riau; Deliserdang, Sumatera Utara; Tangerang; Karang Anyar, Jawa Tengah; Padang, Sumatera Barat; Madiun, Jawa Timur; Palembang, Sumatera Selatan; dan tempat lainnya. Tapi sesungguhnya apakah saja yang dilakukan dalam kunjungan itu?
Interaksi Langsung
Berinteraksi langsung adalah kunci dari aktivitas yang dilakukan selama kunjungan. Contohnya adalah ketika Iriana dan anggota OASE yang kompak mengenakan kemeja putih itu datang ke PAUD Mekar Jaya, Sumahilang, Pekanbaru mengajak anak-anak usia 2-4 tahun bernyanyi lagu daerah Riau, Soleram pada Rabu (29/3).
"Soleram anak yang manis, anak manis janganlah dicium, sayang, kalau dicium merahlah pipinya," demikian Iriana bernyanyi sambil bertepuk tangan bersama dengan sekitar 20 anak usia 2-4 tahun di ruangan ukuran sekitar 5 x 6 meter. PAUD itu sendiri tidak berada di jalan besar tapi harus melewati gang sempit di tengah perumahan masyarakat.
Anak-anak yang juga mengenakan kaos putih dan celana kuning itu pun tampak antusias ikut bernyanyi sambil berdiri dan bertepuk tangan.
Setelah selesai bernyanyi Soleram Iriana lalu meminta anak-anak menyebutkan Pancasila secara berurutan. Tidak ketinggalan, Ibu Negara juga meminta para siswa untuk memperkenalkan diri. Selanjutnya Iriana menyerahkan bingkisan berupa buku dan alat peraga pendidikan kepada para siswa.
Setelah mengunjungi PAUD, rombongan menuju Pasar Limapuluh, Pekanbaru tempat dilakukan IVA tes untuk para perempuan demi deteksi dini kanker serviks. Kanker itu tidak menimbulkan gejala dan sulit dideteksi pada stadium awal sehingga sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan melalui layanan kesehatan dini yang disediakan BPJS Kesehatan.
Satu tenda ukuran sekitar 7 x 8 meter didirikan di depan pasar yang baru selesai direvitalisasi pada April 2016 itu, tentu pemeriksaan tidak terbuka untuk diliput.
Tak berapa lama, OASE meluncur ke Gelanggang Olahraga (GOR) Voli Universitas Islan Riau tempat dilakukan Pelatihan Akbar Guru PAUD se-Riau. Di sana Iriana menantang sejumlah guru PAUD untuk menangani kasus-kasus ketika anak didik merajuk.
Seorang pengajar bernama Lince Ria yang datang dari Rumbai menjadi orang pertama yang berhasil menaklukkan tantangan dari Iriana.
"Biasanya orang tua hanya mengantar anak sampai depan kelas saja, tapi anaknya ngambek tidak mau masuk kelas karena ditinggal, bagaimana ibu mengatasinya?" tanya Iriana kepada Lince yang sudah menjadi guru sejak tahun 1980.
"Karena orang tua mau pergi kerja dan anak menangis, maka saya peluk, lalu saya katakan Nak, papa mau kerja sekarang, ayo sama ibu, ibu peluk ya atau ibu gendong sebentar. Ayolah nak, nanti papanya cari duit untuk beli sepatu, kalau sepatu sudah rusak duitnya papa belikan sepatu yang baru lagi, nanti kan beli warna lain nanti beli warna merah, duh ini kesempatan untuk peluk ibu Iriana," kata Lince sambil tertawa.
"Aku sukanya sepatu warna hitam bu," kata Iriana yang berperan sebagai anak yang merajuk.
"Iya nanti, sayangku, anakku, nanti bu guru ada cerita yang lucu, ayo masuk dulu ya nak," tambah Lince yang berasal dari Rumbai.
"Rayuannya maut tak kasih hadiah," kata Iriana akhirnya sembari menyerahkan kotak yang sudah dibungkus kertas warna cokelat kepada Lince.
Selanjutnya, Iriana kembali mencari "korban" kali ini para pengajar yang berusia di bawah 25 tahun. Eni Ratnawati, pengajar PAUD dari kabupaten Kuansi berhasil dipilih Iriana. Eni ditantang membujuk anak yang menangis di sekolah.
"Saya ada pertanyaan, ada anak belum dijemput ngambek menangis, bagaimana cara mengatasinya? Ini ada istri menteri pendidikan, Bu Wida (memerankan)," kata Iriana.
"Sayang kalau mamanya belum jemput tunggu di sini dulu ya, sama bunda di sini, boleh kita main sama bunda, bunda siap bersih-bersih sekolah nanti bunda antar," kata Eni.
"Mau pulang," kata Suryan Widati Muhadjir Effendy.
"Tapi bunda belum bersih-bersih sekolah, sambil tunggu mamanya boleh bantu bunda bersih-bersih ya kita saling bantu, bantu ibu ya," kata Eni.
Eni pun akhirnya berhasil membawa pulang bingkisan berisi magic jar dari Iriana.
Selanjutnya saat berhadapan dengan anak-anak remaja yang sedang mengikuti "Penyuluhan Anti-Narkoba, Kekerasan Seksual dan Pornografi" untuk pelajar SMA di kota Pekanbaru, Iriana pun berinteraksi dengan berpura-pura menjadi rekan sebaya para pelajar itu.
"Sekarang kalau ada teman sebelahmu kena narkoba apa yang akan kamu lakukan? Saya yang pecandu narkoba, sini, contoh saya jadi teman duduk sebelah. Kalau pakai narkoba kan cirinya pakai pakaian gak bener ya? Jadi apa yang akan kamu lakukan?" tanya Iriana di Gelanggang Olahraga Tribuana Pekanbaru.
Muhammad Fitra Hidayat, pelajar SMA Negeri 5 Pekanbaru yang dipilih Iriana untuk menjawab persoalan itu pun dengan lugas berupaya untuk "merayu" agar teman sebelahnya itu tidak menggunakan narkoba.
"Halo Iriana, kamu lagi ngapain? Itu obat apa yang ada di tangan kamu itu? Terus kenapa sih penampilan kamu makin berubah sekarang ini? Ketagihan apa? Iriana saya lihat semenjak kamu bergaul sama teman-teman kamu yang di geng sana kamu berubah, penampilan kamu tidak seperti dulu lagi. Kenapa sih kamu jadi begini? Saya bingung loh, padahal ketika kamu dulu masih anggun saya suka sama kamu," kata Fitra lancar, seolah tidak sedang berhadapan dengan Ibu Negara.
Kontan aksi Fitra itu disambut dengan sorakan dari sekitar seribu pelajar SMA yang ada di GOR tersebut.
"Tapi karena kamu berubah seperti ini saya semakin aneh, apa kamu kena zat-zat narkoba? Jawab dong pertanyaan saya, Iriana kamu mengenakan narkoba ya? Terus penampilan kamu seperti ini, padahal kamu orang yang berwibawa loh," tambah Fitra.
"Minta uang," kata Iriana singkat.
"Apa, uang? Gak ada duit dong," jawab Fitra.
"Jadi bagaimana cara kalau teman terkena narkoba, apa nasihatnya?" tanya Iriana.
"Pertama sikap saya sebagai seorang teman jika mengetahui teman saya menggunakan narkoba, hal yang paling utama adalah mengingatkan kepada dia agar dia sadar akan bahayanya narkoba sebelum terlambat, sebelum terjadi yang lebih lagi, kita nasihati dia, kita rangkul dia ke jalan yang lebih baik lagi," ungkap Fitra.
"Bagus," ujar Iriana.
Usaha Fitra "membujuk" Iriana pun mendapatkan ganjaran satu sepeda. Sebenarnya ada enam sepeda yang sudah disediakan. Tiga sepeda sudah dibagikan lebih dulu kepada tiga pelajar yang semangat untuk menari tarian daerah di kota Lancang Kuning itu.
Interaksi masih berlanjut saat Iriana dan rombongan datang ke Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Riau yang juga sedang mengadakan pelatihan kerajinan bagi penyandang disabilitas di Pekanbaru.
"Saya Ibu Nuriyah, tinggal di Labubaru, Pekanbaru. Senang rasanya bisa berkarya di sini karena bisa bertemu dengan teman-teman seperti saya, menyenangkan bisa berkarya dan memotivasi saya untuk terus berkarya dan optimis," kata Nuriyah salah satu peserta pelatihan yang tidak memiliki anggota tubuh lengkap di kantor Dekranasda, Pekanbaru.
Selain berbincang dengan Nuriyah dan rekan-rekannya, Iriana juga meninjau stan-stan sejumlah kabupaten di provinsi Riau yang memamerkan barang-barang kerajiannnya, mulai dari kain, tas, rotan, makanan tradisional hingga alat rumah tangga.
Iriana juga sempat mencoba untuk menenun kain songket khas Riau di tempat itu dengan menggunakan alat tenun tradisional dan tidak lupa mencoba sejumlah penganan tradisional Riau.
Meski singkat, namun Iriana dan sejumlah anggota OASE yang datang ke Pekanbaru yaitu Erni Guntarti Tjahjo Kumolo, Ratna Megawangi Sofyan Djalil, Nora Tristiyana Ryamizard Ryacudu, Siti Faridah Pratikno, Endang Nugrahani Pramono Anung, Rugaiya Usman Wiranto, Salsia Ulfa Darmin Peggy Kho Pik Hiang Lukita, Suryan Widati Muhadjir Effendy, Suzana Ramadhani Masduki, Triana Rudiantara, Endang Budi Karya, Marifah Hanif Dhakiri, dan Ratnawati Setiadi Jonan, setidaknya berhasil menghadirkan oase kepada masyarakat Pekanbaru.
Mungkin suasana sejuk itu yang ingin ditunjukkan oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama dengan para perempuan yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE Kabinet Kerja) saat melakukan kunjungan kerja ke Riau pada 29 Maret lalu.
Melihat langsung, berinteraksi, menyentuh, berkomunikasi, berbagi cerita dan tawa, bernyanyi bersama, hingga tak lupa bagi-bagi sepeda adalah hal yang dilakukan oleh Iriana dan sekitar 28 orang anggota OASE di tengah masyarakat Pekanbaru mulai dari bapak, ibu hingga anak-anak.
Mengenai OASE
OASE adalah organisasi khusus yang dibentuk Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan Ibu Wakil Presiden Mufidah Jusuf Kalla pada 27 Oktober 2014, bertepatan dengan pelantikan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo periode 2014 - 2019 dengan anggota para pendamping menteri Kabinet Kerja. Tujuan OASE adalah untuk mendukung program Kabinet Kerja sesuai kapasitas sebagai para pendamping sekaligus jejaring komunikasi dan koordinasi untuk bersama-sama melakukan serangkaian aktivitas bagi masyarakat.
Ada tiga program besar OASE, pertama adalah program pendidikan khususnya peningkatan kualitas PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan peningkatkan mutu tenaga pengajar seluruh Indonesia; kedua adalah program kualitas keluarga yaitu mendorong program IVA (Inspeksi Visual Asam) Test dan program ekonomi keluarga seperti UKM, keterampilan ibu-ibu dan kerajinan tangan; serta ketiga program sosial budaya yaitu menggalakkan gerakan anti-pornografi, kekerasan dan perlindungan untuk anak anti-narkoba dan miras terhadap masyarakat.
Dalam struktur kepengurusan, Iriana Joko Widodo dan Mufidah Jusuf Kalla duduk sebagai Pembina OASE, sedangkan Erni Guntarti Tjahjo Kumolo menjadi Ketua Umum, sementara Siti Faridah Pratikno dan Endang Nugrahani Pramono Anung didapuk sebagai sekretaris, serta Ratnawati Setiadi Jonan sebagai bendahara. Susunan yang tidak jauh berbeda dengan jabatan yang diemban para suami mereka.
Sedangkan ketua masing-masing program juga diduduki oleh para istri menteri Kabinet Kerja yaitu Ratna Megawangi Sofyan Djalil sebagai ketua bidang Pendidikan Karakter, Erni Guntarti Tjahjo Kumolo sebagai ketua bidang Kualitas Keluarga serta Nora Tristyana Ryamizard Ryacudu sebagai ketua bidang Sosial Budaya.
Dari laman Facebook OASE sudah banyak daerah-daerah yang dikunjungi OASE seperti Pekanbaru, Riau; Deliserdang, Sumatera Utara; Tangerang; Karang Anyar, Jawa Tengah; Padang, Sumatera Barat; Madiun, Jawa Timur; Palembang, Sumatera Selatan; dan tempat lainnya. Tapi sesungguhnya apakah saja yang dilakukan dalam kunjungan itu?
Interaksi Langsung
Berinteraksi langsung adalah kunci dari aktivitas yang dilakukan selama kunjungan. Contohnya adalah ketika Iriana dan anggota OASE yang kompak mengenakan kemeja putih itu datang ke PAUD Mekar Jaya, Sumahilang, Pekanbaru mengajak anak-anak usia 2-4 tahun bernyanyi lagu daerah Riau, Soleram pada Rabu (29/3).
"Soleram anak yang manis, anak manis janganlah dicium, sayang, kalau dicium merahlah pipinya," demikian Iriana bernyanyi sambil bertepuk tangan bersama dengan sekitar 20 anak usia 2-4 tahun di ruangan ukuran sekitar 5 x 6 meter. PAUD itu sendiri tidak berada di jalan besar tapi harus melewati gang sempit di tengah perumahan masyarakat.
Anak-anak yang juga mengenakan kaos putih dan celana kuning itu pun tampak antusias ikut bernyanyi sambil berdiri dan bertepuk tangan.
Setelah selesai bernyanyi Soleram Iriana lalu meminta anak-anak menyebutkan Pancasila secara berurutan. Tidak ketinggalan, Ibu Negara juga meminta para siswa untuk memperkenalkan diri. Selanjutnya Iriana menyerahkan bingkisan berupa buku dan alat peraga pendidikan kepada para siswa.
Setelah mengunjungi PAUD, rombongan menuju Pasar Limapuluh, Pekanbaru tempat dilakukan IVA tes untuk para perempuan demi deteksi dini kanker serviks. Kanker itu tidak menimbulkan gejala dan sulit dideteksi pada stadium awal sehingga sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan melalui layanan kesehatan dini yang disediakan BPJS Kesehatan.
Satu tenda ukuran sekitar 7 x 8 meter didirikan di depan pasar yang baru selesai direvitalisasi pada April 2016 itu, tentu pemeriksaan tidak terbuka untuk diliput.
Tak berapa lama, OASE meluncur ke Gelanggang Olahraga (GOR) Voli Universitas Islan Riau tempat dilakukan Pelatihan Akbar Guru PAUD se-Riau. Di sana Iriana menantang sejumlah guru PAUD untuk menangani kasus-kasus ketika anak didik merajuk.
Seorang pengajar bernama Lince Ria yang datang dari Rumbai menjadi orang pertama yang berhasil menaklukkan tantangan dari Iriana.
"Biasanya orang tua hanya mengantar anak sampai depan kelas saja, tapi anaknya ngambek tidak mau masuk kelas karena ditinggal, bagaimana ibu mengatasinya?" tanya Iriana kepada Lince yang sudah menjadi guru sejak tahun 1980.
"Karena orang tua mau pergi kerja dan anak menangis, maka saya peluk, lalu saya katakan Nak, papa mau kerja sekarang, ayo sama ibu, ibu peluk ya atau ibu gendong sebentar. Ayolah nak, nanti papanya cari duit untuk beli sepatu, kalau sepatu sudah rusak duitnya papa belikan sepatu yang baru lagi, nanti kan beli warna lain nanti beli warna merah, duh ini kesempatan untuk peluk ibu Iriana," kata Lince sambil tertawa.
"Aku sukanya sepatu warna hitam bu," kata Iriana yang berperan sebagai anak yang merajuk.
"Iya nanti, sayangku, anakku, nanti bu guru ada cerita yang lucu, ayo masuk dulu ya nak," tambah Lince yang berasal dari Rumbai.
"Rayuannya maut tak kasih hadiah," kata Iriana akhirnya sembari menyerahkan kotak yang sudah dibungkus kertas warna cokelat kepada Lince.
Selanjutnya, Iriana kembali mencari "korban" kali ini para pengajar yang berusia di bawah 25 tahun. Eni Ratnawati, pengajar PAUD dari kabupaten Kuansi berhasil dipilih Iriana. Eni ditantang membujuk anak yang menangis di sekolah.
"Saya ada pertanyaan, ada anak belum dijemput ngambek menangis, bagaimana cara mengatasinya? Ini ada istri menteri pendidikan, Bu Wida (memerankan)," kata Iriana.
"Sayang kalau mamanya belum jemput tunggu di sini dulu ya, sama bunda di sini, boleh kita main sama bunda, bunda siap bersih-bersih sekolah nanti bunda antar," kata Eni.
"Mau pulang," kata Suryan Widati Muhadjir Effendy.
"Tapi bunda belum bersih-bersih sekolah, sambil tunggu mamanya boleh bantu bunda bersih-bersih ya kita saling bantu, bantu ibu ya," kata Eni.
Eni pun akhirnya berhasil membawa pulang bingkisan berisi magic jar dari Iriana.
Selanjutnya saat berhadapan dengan anak-anak remaja yang sedang mengikuti "Penyuluhan Anti-Narkoba, Kekerasan Seksual dan Pornografi" untuk pelajar SMA di kota Pekanbaru, Iriana pun berinteraksi dengan berpura-pura menjadi rekan sebaya para pelajar itu.
"Sekarang kalau ada teman sebelahmu kena narkoba apa yang akan kamu lakukan? Saya yang pecandu narkoba, sini, contoh saya jadi teman duduk sebelah. Kalau pakai narkoba kan cirinya pakai pakaian gak bener ya? Jadi apa yang akan kamu lakukan?" tanya Iriana di Gelanggang Olahraga Tribuana Pekanbaru.
Muhammad Fitra Hidayat, pelajar SMA Negeri 5 Pekanbaru yang dipilih Iriana untuk menjawab persoalan itu pun dengan lugas berupaya untuk "merayu" agar teman sebelahnya itu tidak menggunakan narkoba.
"Halo Iriana, kamu lagi ngapain? Itu obat apa yang ada di tangan kamu itu? Terus kenapa sih penampilan kamu makin berubah sekarang ini? Ketagihan apa? Iriana saya lihat semenjak kamu bergaul sama teman-teman kamu yang di geng sana kamu berubah, penampilan kamu tidak seperti dulu lagi. Kenapa sih kamu jadi begini? Saya bingung loh, padahal ketika kamu dulu masih anggun saya suka sama kamu," kata Fitra lancar, seolah tidak sedang berhadapan dengan Ibu Negara.
Kontan aksi Fitra itu disambut dengan sorakan dari sekitar seribu pelajar SMA yang ada di GOR tersebut.
"Tapi karena kamu berubah seperti ini saya semakin aneh, apa kamu kena zat-zat narkoba? Jawab dong pertanyaan saya, Iriana kamu mengenakan narkoba ya? Terus penampilan kamu seperti ini, padahal kamu orang yang berwibawa loh," tambah Fitra.
"Minta uang," kata Iriana singkat.
"Apa, uang? Gak ada duit dong," jawab Fitra.
"Jadi bagaimana cara kalau teman terkena narkoba, apa nasihatnya?" tanya Iriana.
"Pertama sikap saya sebagai seorang teman jika mengetahui teman saya menggunakan narkoba, hal yang paling utama adalah mengingatkan kepada dia agar dia sadar akan bahayanya narkoba sebelum terlambat, sebelum terjadi yang lebih lagi, kita nasihati dia, kita rangkul dia ke jalan yang lebih baik lagi," ungkap Fitra.
"Bagus," ujar Iriana.
Usaha Fitra "membujuk" Iriana pun mendapatkan ganjaran satu sepeda. Sebenarnya ada enam sepeda yang sudah disediakan. Tiga sepeda sudah dibagikan lebih dulu kepada tiga pelajar yang semangat untuk menari tarian daerah di kota Lancang Kuning itu.
Interaksi masih berlanjut saat Iriana dan rombongan datang ke Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Riau yang juga sedang mengadakan pelatihan kerajinan bagi penyandang disabilitas di Pekanbaru.
"Saya Ibu Nuriyah, tinggal di Labubaru, Pekanbaru. Senang rasanya bisa berkarya di sini karena bisa bertemu dengan teman-teman seperti saya, menyenangkan bisa berkarya dan memotivasi saya untuk terus berkarya dan optimis," kata Nuriyah salah satu peserta pelatihan yang tidak memiliki anggota tubuh lengkap di kantor Dekranasda, Pekanbaru.
Selain berbincang dengan Nuriyah dan rekan-rekannya, Iriana juga meninjau stan-stan sejumlah kabupaten di provinsi Riau yang memamerkan barang-barang kerajiannnya, mulai dari kain, tas, rotan, makanan tradisional hingga alat rumah tangga.
Iriana juga sempat mencoba untuk menenun kain songket khas Riau di tempat itu dengan menggunakan alat tenun tradisional dan tidak lupa mencoba sejumlah penganan tradisional Riau.
Meski singkat, namun Iriana dan sejumlah anggota OASE yang datang ke Pekanbaru yaitu Erni Guntarti Tjahjo Kumolo, Ratna Megawangi Sofyan Djalil, Nora Tristiyana Ryamizard Ryacudu, Siti Faridah Pratikno, Endang Nugrahani Pramono Anung, Rugaiya Usman Wiranto, Salsia Ulfa Darmin Peggy Kho Pik Hiang Lukita, Suryan Widati Muhadjir Effendy, Suzana Ramadhani Masduki, Triana Rudiantara, Endang Budi Karya, Marifah Hanif Dhakiri, dan Ratnawati Setiadi Jonan, setidaknya berhasil menghadirkan oase kepada masyarakat Pekanbaru.
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2017
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.