Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, hujan turun merata di lima provinsi akhirnya mampu memadamkan belasan titik panas di Pulau Sumatera.
"Akibat hujan, titik panas sempat terdeteksi satelit dua hari berturut-turut hilang. Untuk sementara Sumatera, aman," papar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi, di Pekanbaru, Jumat.
Sebab, lanjutnya, dalam dua hari terakhir yakni Rabu (28/6), dan Kamis (29/6), satelit mendeteksi 19 titik panas sempat muncul, dan bertahan pada lima provinsi di Sumatera.
Ke-19 titik panas itu, mayoritas terkosentrasi di Riau (10 titik), Sumatera Utara empat titik, Sumatera Barat dan Bengkulu sama-sama menyumbang dua titik, dan Sumatera Selatan satu titik.
Berdasarkan analisa BMKG, potensi hujan disertai petir dan angin kencang masih terjadi disejumlah provinsi di Sumatera karena memasuki musim pancaroba menuju kemarau kering.
"Kami perkirakan, Agustus tahun ini merupakan puncak kemarau di Pulau Sumatera. Saat ini aja, ancaman karhutla (kebakaran hutan dan lahan) mulai meningkat khususnya di Riau," kata dia.
Sebab, ia berkata, hampir 50 persen dari total luas daratan di Provinsi Riau sekitar 8,9 juta Hektare merupakan hutan dan lahan bergambut yang rentan terbakar ketika disulut api.
"Akibat hujan, titik panas sempat terdeteksi satelit dua hari berturut-turut hilang. Untuk sementara Sumatera, aman," papar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi, di Pekanbaru, Jumat.
Sebab, lanjutnya, dalam dua hari terakhir yakni Rabu (28/6), dan Kamis (29/6), satelit mendeteksi 19 titik panas sempat muncul, dan bertahan pada lima provinsi di Sumatera.
Ke-19 titik panas itu, mayoritas terkosentrasi di Riau (10 titik), Sumatera Utara empat titik, Sumatera Barat dan Bengkulu sama-sama menyumbang dua titik, dan Sumatera Selatan satu titik.
Berdasarkan analisa BMKG, potensi hujan disertai petir dan angin kencang masih terjadi disejumlah provinsi di Sumatera karena memasuki musim pancaroba menuju kemarau kering.
"Kami perkirakan, Agustus tahun ini merupakan puncak kemarau di Pulau Sumatera. Saat ini aja, ancaman karhutla (kebakaran hutan dan lahan) mulai meningkat khususnya di Riau," kata dia.
Sebab, ia berkata, hampir 50 persen dari total luas daratan di Provinsi Riau sekitar 8,9 juta Hektare merupakan hutan dan lahan bergambut yang rentan terbakar ketika disulut api.
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2017
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.