Jakarta (ANTARA News) - Komplotan penyerangan Polda Sumatera Utara juga berencana menargetkan Markas Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai sasaran teror.
"Tersangka FPY, HP dan AR ini perannya sebagai tim pensurvei. Tidak hanya Polda Sumut, sejumlah lokasi termasuk Markas TNI rencananya akan dijadikan target bila waktu sudah tepat," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Pol Rikwanto di Mabes Polri, Jakarta, Jumat.
Dalam kasus ini, ada empat tersangka yakni Syawaluddin Pakpahan, Hendry Pratama alias Boboy, Firmansyah Putra Yudi dan Ardial Ramadhani, dimana Ardial tewas ditembak Brimob Polda Sumut.
Mereka diketahui merupakan simpatisan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi pada organisasi teror ISIS.
Dalam sel JAD, Syawaluddin merupakan pemimpin sel.
Menurut Rikwanto, Syawaluddin diketahui pernah ke Suriah pada 2013 dan menetap enam bulan di negara tersebut.
Sekembalinya ke Tanah Air, Syawaluddin merekrut tetangganya sesama pedagang kecil yakni Ardial Ramadhani, Hendry Pratama (HP) alias Boboy, Firmansyah Putra Yudi (FPY).
"Ketiganya direkrut untuk menjadi kaki tangan Syawaluddin," katanya.
Rikwanto mengatakan ketiganya diperintahkan oleh Syawaluddin untuk mensurvei beberapa lokasi yang akan dijadikan target teror diantaranya Polda Sumut, Mako Satbrimob Polda Sumut, Polsek Tanjung Morawa, Markas Yon Zipur, Kodam Bukit Barisan dan Komplek Asia Megamas Medan dengan target WNI keturunan Tionghoa.
Lebih lanjut Karopenmas mengatakan AR, HP dan FPY sudah mensurvei pos penjagaan Polda Sumut selama satu pekan dan melihat ada celah keamanan di sana.
Pada Minggu (25/6) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB, dua orang tidak dikenal menyerang personel Yanma (Pelayanan Masyarakat) Polda Sumut Aiptu Martua Sigalingging yang bertugas di pos jaga pintu keluar Mapolda Sumut.
Akibat penyerangan tersebut, Aiptu Martua Sigalingging meninggal dunia karena mengalami luka yang cukup parah di dada, tangan, dan lehernya.
Namun kedua pelaku yang belakangan diketahui bernama Syawaluddin Pakpahan dan Ardial Ramadhani berhasil dilumpuhkan personel Satuan Brimob yang berjaga di pintu masuk Mapolda Sumut. Ardial kemudian tewas, dan Syawaluddin tertembak di bagian kakinya.
Peristiwa penyerangan terhadap markas polisi pada Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah ini mengingatkan pada peristiwa teror bom bunuh diri yang dilakukan oleh teroris Nur Rohman di Mapolres Surakarta, Jawa Tengah, pada "H-1" Lebaran 1437 Hijriah atau 5 Juli 2016.
"Tersangka FPY, HP dan AR ini perannya sebagai tim pensurvei. Tidak hanya Polda Sumut, sejumlah lokasi termasuk Markas TNI rencananya akan dijadikan target bila waktu sudah tepat," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Pol Rikwanto di Mabes Polri, Jakarta, Jumat.
Dalam kasus ini, ada empat tersangka yakni Syawaluddin Pakpahan, Hendry Pratama alias Boboy, Firmansyah Putra Yudi dan Ardial Ramadhani, dimana Ardial tewas ditembak Brimob Polda Sumut.
Mereka diketahui merupakan simpatisan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi pada organisasi teror ISIS.
Dalam sel JAD, Syawaluddin merupakan pemimpin sel.
Menurut Rikwanto, Syawaluddin diketahui pernah ke Suriah pada 2013 dan menetap enam bulan di negara tersebut.
Sekembalinya ke Tanah Air, Syawaluddin merekrut tetangganya sesama pedagang kecil yakni Ardial Ramadhani, Hendry Pratama (HP) alias Boboy, Firmansyah Putra Yudi (FPY).
"Ketiganya direkrut untuk menjadi kaki tangan Syawaluddin," katanya.
Rikwanto mengatakan ketiganya diperintahkan oleh Syawaluddin untuk mensurvei beberapa lokasi yang akan dijadikan target teror diantaranya Polda Sumut, Mako Satbrimob Polda Sumut, Polsek Tanjung Morawa, Markas Yon Zipur, Kodam Bukit Barisan dan Komplek Asia Megamas Medan dengan target WNI keturunan Tionghoa.
Lebih lanjut Karopenmas mengatakan AR, HP dan FPY sudah mensurvei pos penjagaan Polda Sumut selama satu pekan dan melihat ada celah keamanan di sana.
Pada Minggu (25/6) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB, dua orang tidak dikenal menyerang personel Yanma (Pelayanan Masyarakat) Polda Sumut Aiptu Martua Sigalingging yang bertugas di pos jaga pintu keluar Mapolda Sumut.
Akibat penyerangan tersebut, Aiptu Martua Sigalingging meninggal dunia karena mengalami luka yang cukup parah di dada, tangan, dan lehernya.
Namun kedua pelaku yang belakangan diketahui bernama Syawaluddin Pakpahan dan Ardial Ramadhani berhasil dilumpuhkan personel Satuan Brimob yang berjaga di pintu masuk Mapolda Sumut. Ardial kemudian tewas, dan Syawaluddin tertembak di bagian kakinya.
Peristiwa penyerangan terhadap markas polisi pada Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah ini mengingatkan pada peristiwa teror bom bunuh diri yang dilakukan oleh teroris Nur Rohman di Mapolres Surakarta, Jawa Tengah, pada "H-1" Lebaran 1437 Hijriah atau 5 Juli 2016.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2017
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.