Washington (ANTARA News) - Roket yang diluncurkan Korea Utara adalah rudal balistik antarbenua yang terbang sejauh sekitar 1.000 kilometer sebelum jatuh di Laut Jepang menurut Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS).

Menurut tinjauan awal, rudal tersebut diluncurkan dari Sain Ni di Korea Utara, dan terbang di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Jepang.
Dalam sebuah pernyataan, Pentagon mengatakan rudal itu tidak menimbulkan bahaya bagi Amerika Utara, wilayah Amerika Serikat atau negara-negara sekutunya.

"Komitmen kami untuk melindungi sekutu kami, termasuk Republik Korea (Selatan) dan Jepang, dalam menghadapi ancaman ini masih teguh," demikian pernyataan markas Departemen Pertahanan AS yang dikutip AFP.

"Kami masih siap mempertahankan diri dan sekutu kami dari serangan atau provokasi apa pun."

Amerika Serikat menyatakan tidak akan menoleransi uji coba atau pengerahan rudal balistik antarbenua Korea Utara yang mampu membawa hulu ledak nuklir ke kota-kota AS.

Korea Utara menembakkan sebuah peluru kendali balistik hingga mendarat di wilayah dekat Jepang pada Rabu, kata sejumlah pejabat.

Tembakan itu merupakan uji coba pertama yang dilancarkan Korut sejak Pyongyang menembakkan satu rudal melewati negara tetangganya itu pada pertengahan September. 

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memperingatkan bahwa Korea Utara mengancam keamanan mereka sendiri dengan uji coba rudal provokatif yang baru menurut keterangan dari Gedung Putih mengenai percakapan telepon kedua pemimpin pada Selasa waktu setempat.

"Kedua pemimpin sepakat bahwa tindakan provokatif rezim Korea Utara mengganggu keamanan mereka sendiri dan makin mengasingkan mereka dari komunitas internasional," kata Gedung Putih.

"Para pemimpin menegaskan kembali komitmen mereka untuk menumpas ancaman Korea Utara.”

AS, Jepang serta Korea Selatan meminta penyelenggaraan rapat darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Rabu guna membahas peluncuran rudal balistik antarbenua oleh Pyongyang, yang menurut Jepang mendarat di dalam zona ekonomi eksklusif mereka.(mr)


Pewarta: 
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2017