Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi, bergerak menguat tipis sebesar tiga poin menjadi Rp13.507 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.510 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dolar AS. Belum adanya kejelasan pembahasan reformasi perpajakan Amerika Serikat masih menjadi sentimen penahan bagi laju dolar AS," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan bahwa penguatan rupiah saat ini pun berbarengan dengan adanya pembahasan akan pembentukan holding BUMN yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi negara.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi rupiah relatif terbatas menyusul respon positif sebagian pelaku pasar terhadap pidato calon ketua Federal Reserve AS Jerome Powell yang menyatakan mendukung pengetatan moneter dan upaya pemangkasan pajak di Amerika Serikat.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang mengalami penurunan turut menahan laju mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah terapresiasi lebih tinggi.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude terpantau turun 0,52 persen menjadi ke level 57,69 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude turun 0,58 persen ke posisi 63,24 dolar AS per barel.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan dolar AS masih dalam sentimen rapuh setelah pertemuan The Fed menunjukkan beberapa pembuat kebijakan mencemaskan inflasi yang masih akan bertahan di bawah target.
"Inflasi Amerika Serikat yang masih melambat membuat dolar AS cenderung tertahan lajunya," katanya.
"Nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dolar AS. Belum adanya kejelasan pembahasan reformasi perpajakan Amerika Serikat masih menjadi sentimen penahan bagi laju dolar AS," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan bahwa penguatan rupiah saat ini pun berbarengan dengan adanya pembahasan akan pembentukan holding BUMN yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi negara.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi rupiah relatif terbatas menyusul respon positif sebagian pelaku pasar terhadap pidato calon ketua Federal Reserve AS Jerome Powell yang menyatakan mendukung pengetatan moneter dan upaya pemangkasan pajak di Amerika Serikat.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang mengalami penurunan turut menahan laju mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah terapresiasi lebih tinggi.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude terpantau turun 0,52 persen menjadi ke level 57,69 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude turun 0,58 persen ke posisi 63,24 dolar AS per barel.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan dolar AS masih dalam sentimen rapuh setelah pertemuan The Fed menunjukkan beberapa pembuat kebijakan mencemaskan inflasi yang masih akan bertahan di bawah target.
"Inflasi Amerika Serikat yang masih melambat membuat dolar AS cenderung tertahan lajunya," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2017
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2017
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.