Banda Aceh, (ANTARA News) - Upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan di daerah dataran tinggi di Kabupaten Gayo Leus, Aceh terbantu curah hujan.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Kamis mengatakan hujan berlangsung delapan jam lebih hingga berakhir dini hari tadi telah membasahi wilayah "Negeri Seribu Bukit" yang merupakan julukkan Kabupaten Gayo Lues.

"Selama tiga hari berturut-turut, beberapa titik api terkosentrasi di Gayo Lues. Tapi pagi ini dinyatakan nihil oleh satelit, tidak cuma di wilayah dataran tinggi Gayo Lues, namun di Provinsi Aceh," ucapnya.

Dikatakan, untuk sementara sejumlah daerah rawan terbakar di provinsi terletak paling ujung Utara di Sumatera ini dinyatakan aman baik dari titik panas maupun titik api oleh pantauan satelit.

Meski demikian pihaknya meminta, kepada pihak terkait, seperti tim pemadaman kebakaran setempat tetap bersiaga karena saat ini masih puncak musim kemarau dengan hembusan angin kencang.

Pada Senin, (27/8), dan Selasa, (28/8), berdasarkan pantauan satelit, terdapat tiga titik panas di Gayo Lues yang diduga sebagai titik panas dan titik api. Pada Rabu, (29/8), satelit mendeteksi empat titik api di "Negeri Seribu Bukit".

"Potensi kebakaran tetap ada, apalagi saat ini hutan dan lahan di Aceh rawan terbakar. Baik akibat putung rokok, dan oknum tertentu yang segaja membakar demi membuka lahan baru untuk pertanian atau perkebunan," tegas dia.

Pemerintah Kabupaten Gayo Lues, Aceh, melaporkan, hampir setiap pekan mobil pemadam kebakaran bergerak dari pos pemadaman untuk memadamkan titik api yang membakar wilayah setempat.

Kepala Bidang Penanggulangan Pemadaman Kebakaran Gayo Lues, Safrullah mengatakan kondisi itu mulai terjadi pada pertengahan Juni tahun ini.

"Di puncak musim kemarau tahun ini, ada saja hutan dan lahan milik masyarakat yang terbakar, tetapi tetap berupaya melakukan pemadaman," katanya.*
Baca juga: Empat titik panas masih ada di Aceh

Baca juga: 10 titik panas terdeteksi di Aceh


  
Pewarta: 
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2018