Jakarta (ANTARA News) - Beranda lantai dua sebuah rumah tersisa di antara lahan yang sudah kosong di Petobo, Palu Selatan. Rumah-rumah lain di desa tersebut sudah tertelan Bumi akibat likuifaksi saat gempa berkekuatan 7,4 SR terjadi di Palu, 28 September 2018, yang menunjukkan dahsyatnya fenomena pencairan tanah ketika itu.
Di lantai dua rumah tersebut, barang-barang sang pemilik berceceran. Tidak ada kehidupan di sekitarnya. Tidak hanya di Petobo, rumah-rumah juga luluhlantak di Balaroa, Kelurahan Duyu. Meski masih ada sisa-sisa rumah yang utuh, desa itu juga sudah ditinggalkan oleh warganya.
"Saya sudah coba pulang ke rumah, tapi kalau sudah masuk ingin cepat-cepat keluar. Apalagi kalau ke kamar, saya masih takut," kata Fitriana yang lebih memilih tinggal di tenda pengungsian, tak jauh dari kampungnya.
Trauma memang masih menghantui masyarakat Palu. Namun mereka tidak lupa untuk bangkit kembali, perlahan, karena hidup terus berjalan.
Berikut videonya:
Baca juga: 50 tenda disiapkan untuk wisuda IAIN Palu pascagempa
Baca juga: Menikmati hunian sementara, melawan trauma
Baca juga: Sulteng akan pindahkan sekolah dari area terdampak likuifaksi
Di lantai dua rumah tersebut, barang-barang sang pemilik berceceran. Tidak ada kehidupan di sekitarnya. Tidak hanya di Petobo, rumah-rumah juga luluhlantak di Balaroa, Kelurahan Duyu. Meski masih ada sisa-sisa rumah yang utuh, desa itu juga sudah ditinggalkan oleh warganya.
"Saya sudah coba pulang ke rumah, tapi kalau sudah masuk ingin cepat-cepat keluar. Apalagi kalau ke kamar, saya masih takut," kata Fitriana yang lebih memilih tinggal di tenda pengungsian, tak jauh dari kampungnya.
Trauma memang masih menghantui masyarakat Palu. Namun mereka tidak lupa untuk bangkit kembali, perlahan, karena hidup terus berjalan.
Berikut videonya:
Baca juga: 50 tenda disiapkan untuk wisuda IAIN Palu pascagempa
Baca juga: Menikmati hunian sementara, melawan trauma
Baca juga: Sulteng akan pindahkan sekolah dari area terdampak likuifaksi
Pewarta: Monalisa
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.