...peresmian pabrik SRI menjadi bukti bahwa investasi di Indonesia menarik bagi para investor
Cilegon (ANTARA News) - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto meresmikan pabrik milik PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) sebagai pabrik karet sintetis pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi ramah lingkungan.
Menperin menjelaskan SRI memiliki dengan kapasitas produksi sebesar 120.000 ton per tahun yang akan meningkatkan nilai tambah butadiene dan styrene monomer yang sudah diproduksi di dalam negeri, serta memperkuat struktur industri petrokimia dari hulu ke hilir.
"Kami mengapresiasi karena peresmian pabrik SRI menjadi bukti bahwa investasi di Indonesia menarik bagi para investor," kata Airlangga.
Ia menjelaskan industri karet sintetis merupakan industri yang perlu dikembangkan seiring dengan semakin majunya perekonomian nasional. Karet sintetis banyak dimanfaatkan untuk memproduksu ban, conveyor belt, komponen karet, alas kaki, serta pembungkus kabel listrik.
Saat ini hanya terdapat satu produsen karet sintetis dengan kapasitas sebesar 75.000 ton per tahun. Sementara kebutuhan karet sintetis dalam negeri tahun 2017 mencapai 230 ribu ton sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut dipenuhi dengan cara impor.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur SRI, Brad Karas, mengatakan SRI merupakan pabrik pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi ramah lingkungan milik Michelin.
SRI memproduksi karet sintetis dengan jenis Sollution Styrene Butadiene Rubber (SSBR) dan Neodymium catalyst - Butadiene Rubber (NdBR) yang keduanya merupakan material untuk memproduksi ban ramah lingkungan.
Ada pun SRI merupakan perusahaan gabungan (joint venture) hasil kerja sama Michelin dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yang didirikan pada 17 Juni 2013 lalu dengan kepemilikan saham masing-masing 55 persen dan 45 persen. Nilai investasi dari hasil kerja sama tersebut mencapai 435 juta dolar AS. SRI menerima insentif tax holiday dari Pemerintah Indonesia.
SRI juga sudah mulai berproduksi pada Agustus 2018 dan telah mengekspor senilai 250 juta dolar AS, sejalan dengan strategi pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara melalui penguatan sektor manufaktur dalam negeri.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, ekspor industri manufaktur Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada kuartal ketiga 2018, ekspor mencapai 97,52 miliar dolar AS, meningkat 5,71 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 92,25 miliar dolar AS.
Baca juga: Menperin: industrialisasi bawa efek berantai
Menperin menjelaskan SRI memiliki dengan kapasitas produksi sebesar 120.000 ton per tahun yang akan meningkatkan nilai tambah butadiene dan styrene monomer yang sudah diproduksi di dalam negeri, serta memperkuat struktur industri petrokimia dari hulu ke hilir.
"Kami mengapresiasi karena peresmian pabrik SRI menjadi bukti bahwa investasi di Indonesia menarik bagi para investor," kata Airlangga.
Ia menjelaskan industri karet sintetis merupakan industri yang perlu dikembangkan seiring dengan semakin majunya perekonomian nasional. Karet sintetis banyak dimanfaatkan untuk memproduksu ban, conveyor belt, komponen karet, alas kaki, serta pembungkus kabel listrik.
Saat ini hanya terdapat satu produsen karet sintetis dengan kapasitas sebesar 75.000 ton per tahun. Sementara kebutuhan karet sintetis dalam negeri tahun 2017 mencapai 230 ribu ton sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut dipenuhi dengan cara impor.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur SRI, Brad Karas, mengatakan SRI merupakan pabrik pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi ramah lingkungan milik Michelin.
SRI memproduksi karet sintetis dengan jenis Sollution Styrene Butadiene Rubber (SSBR) dan Neodymium catalyst - Butadiene Rubber (NdBR) yang keduanya merupakan material untuk memproduksi ban ramah lingkungan.
Ada pun SRI merupakan perusahaan gabungan (joint venture) hasil kerja sama Michelin dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yang didirikan pada 17 Juni 2013 lalu dengan kepemilikan saham masing-masing 55 persen dan 45 persen. Nilai investasi dari hasil kerja sama tersebut mencapai 435 juta dolar AS. SRI menerima insentif tax holiday dari Pemerintah Indonesia.
SRI juga sudah mulai berproduksi pada Agustus 2018 dan telah mengekspor senilai 250 juta dolar AS, sejalan dengan strategi pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara melalui penguatan sektor manufaktur dalam negeri.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, ekspor industri manufaktur Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada kuartal ketiga 2018, ekspor mencapai 97,52 miliar dolar AS, meningkat 5,71 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 92,25 miliar dolar AS.
Baca juga: Menperin: industrialisasi bawa efek berantai
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.