"Khusus untuk sawit, karena kita diganggu-ganggu di pasar Uni Eropa, kita mencoba untuk melirik negara lain di luar pasar utama tadi," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda di Jeddah, Kamis.
Menurutnya, produk minyak dari tumbuh-tumbuhan tersebut dapat dialihkan ke negara-negara non-tradisional di belahan dunia lainnya.
Arlinda membagi negara-negara nontradisional bidikannya dalam beberapa kawasan, di mana wilayah yang dipilih merupakan negara yang belum tersentuh perdagangan dengan Indonesia.
"Jadi kalau pasar nontradisional ini kita mungkin bisa fokus di negara-negara di perbatasan Teluk Persia yaitu Arab Saudi, Oman, Bahrain, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Qatar," ujarnya.
Arlinda menambahkan persoalan Qatar dengan negara Arab lainnya dapat menjadi peluang Indonesia untuk masuk dan memenuhi kebutuhan produk dari negara tersebut.
Selain itu, negara-negara di Asia Selatan, di antaranya India, Pakistan, Sri Lanka, dan Bangladesh.
Kemendag juga melakukan penjajakan dengan Chili, yang berdekatan dengan Amerika Latin, kemudian Kazakstan, dan Uzbekistan.
"Kemudian di Eropa Timur ada Rusia, Kazakstan, Uzbekistan, bahkan ada negara-negara pecahan Rusia yang juga menjadi target kita," ungkap Arlinda.
Di Afrika, Kemendag berupaya melakukan negosiasi dengan Mozambik, Tunisia yang dekat dengan Italia, Maroko yang dekat dengan Spanyol dan Aljazair yang memiliki kesepatan perdagangan bebas dengan Eropa.
Terkait kampanye negatif sawit, Arlinda menyampaikan, Indonesia berusaha menenangkan diri dan membuktikan bahwa tuduhan-tuduhan yang dilayangkan adalah tidak benar.

Baca juga: Mendag prioritaskan CPO dalam negosiasi perjanjian perdagangan

Baca juga: Arab Saudi tetap minati produk sawit Indonesia

 
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2018