"Forum bisnis ini pertama kali dilakukan dan terlihat antusiasmenya sangat besar. Para pengusaha juga langsung menunjuk sektor mana yang mereka ingin kerja samakan," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda di Jeddah, Jumat.
Arlinda menyampaikan, pengusaha Arab Saudi membidik beberapa produk asal Indonesia untuk didistribusikan di negaranya.
"Banyak ya, ada yang mau jadi agen minyak goreng, dan beberapa produk lainnya, ada juga yang minat investasi. Kami terbuka untuk semua kemitraan," ungkapnya.

Ini membuktikan bahwa berbagai produk yang ada di Indonesia memiliki standar yang sesuai dengan masyarakat di Arab Saudi.
Pada kesempatan tersebut, Arlinda memaparkan, hubungan Indonesia dan Arab telah berlangsung lama, bahkan sebelum negara-negara secara resmi didirikan. 
Sejak berabad-abad yang lalu para sarjana dan saudagar Arab telah mengunjungi Indonesia untuk berkhotbah dan berdagang. Orang Indonesia juga mengunjungi Arab Saudi untuk haji dan belajar Islam.
Secara resmi, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Arab Saudi telah terbentuk selama 68 tahun, sejak 1 Mei 1950. Para pemimpin kedua negara saling mengunjungi.
Ada kesenjangan 46 tahun antara kunjungan pertama Raja Saudi ke Indonesia, Raja Faisal pada tahun 1970 dan Raja Salman pada tahun 2017.
"Kunjungan Raja Salman ke Indonesia pada Maret 2017 memiliki dampak yang sangat positif terhadap hubungan kedua negara. Kunjungan ini menghasilkan 11 perjanjian kerja sama di berbagai bidang senilai Rp325 Triliun," tutur Arlinda.
Setelah kunjungan Raja Salman, pada 22 Oktober 2018, Menteri Luar Negeri Saudi Adel bin Ahmed Al-Jubeir bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor.
Selanjutnya, Menteri Luar Negeri Arab Saudi dan Menteri Luar Negeri Indonesia mengadakan Rapat Komisi Gabungan antara Indonesia - Arab Saudi, di mana dampak ekonominya terus berlanjut hingga kini.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Royke Sinaga
COPYRIGHT © ANTARA 2018