Jakarta (ANTARA News) - Analis pasar modal memprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan atau Senin (28/11) berpotensi menguat.
"Pada awal pekan depan (28/11), IHSG terlihat membuka potensi untuk bergerak naik di kisaran 5.088-5.291 poin setelah cenderung mengalami tekanan pada pekan lalu atau periode 21-25 November 2016," kata analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya, di Jakarta, Minggu.
Berdasarkan data BEI, kinerja IHSG pada periode 21-25 November 2016 melemah sekitar 0,93 persen menjadi 5.122,10 poin dibandingkan posisi sepekan sebelumnya pada 5.170,11 poin.
Kinerja IHSG itu, berdampak pada menurunnya nilai kapitalisasi pasar saham domestik sekitar 0,81 persen menjadi Rp5.543,92 triliun dari Rp5.589,16 triliun dibandingkan periode 14-18 November 2016.
Setelah harga saham mengalami koreksi, kata William, sebagian investor akan memanfaatkan momentum untuk mengakumulasi beli mengingat sejumlah harga saham di dalam negeri relatif berada di harga rendah.
"Apalagi dalam rentang invesasi jangka panjang, IHSG masih berada dalam tren penguatan," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, kinerja IHSG diproyeksikan juga masih dibayangi oleh fluktuasi nilai tukar yang cenderung masih negatif menjelang rencana kenaikan tingkat suku bunga di AS.
Sementara itu analis Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan bahwa data inflasi domestik dan indeks kinerja sektor manufaktur dan jasa di Amerika Serikat dan Tiongkok akan menjadi fokus investor pada pekan depan.
"Investor akan fokus mencermati data-data yang akan dirilis itu guna melihat kesehatan ekonomi negara itu, termasuk Indonesia," katanya.
Ia menambahkan bahwa saham-saham sektor pertanian dan pertambangan di dalam negeri masih akan menjadi primadona mengikuti harga komoditas yang cenderung berada dalam tren penguatan disaat ketidakpastian sentimen global dan cuaca dingin disebagian belahan dunia.
"Pada awal pekan depan (28/11), IHSG terlihat membuka potensi untuk bergerak naik di kisaran 5.088-5.291 poin setelah cenderung mengalami tekanan pada pekan lalu atau periode 21-25 November 2016," kata analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya, di Jakarta, Minggu.
Berdasarkan data BEI, kinerja IHSG pada periode 21-25 November 2016 melemah sekitar 0,93 persen menjadi 5.122,10 poin dibandingkan posisi sepekan sebelumnya pada 5.170,11 poin.
Kinerja IHSG itu, berdampak pada menurunnya nilai kapitalisasi pasar saham domestik sekitar 0,81 persen menjadi Rp5.543,92 triliun dari Rp5.589,16 triliun dibandingkan periode 14-18 November 2016.
Setelah harga saham mengalami koreksi, kata William, sebagian investor akan memanfaatkan momentum untuk mengakumulasi beli mengingat sejumlah harga saham di dalam negeri relatif berada di harga rendah.
"Apalagi dalam rentang invesasi jangka panjang, IHSG masih berada dalam tren penguatan," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, kinerja IHSG diproyeksikan juga masih dibayangi oleh fluktuasi nilai tukar yang cenderung masih negatif menjelang rencana kenaikan tingkat suku bunga di AS.
Sementara itu analis Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan bahwa data inflasi domestik dan indeks kinerja sektor manufaktur dan jasa di Amerika Serikat dan Tiongkok akan menjadi fokus investor pada pekan depan.
"Investor akan fokus mencermati data-data yang akan dirilis itu guna melihat kesehatan ekonomi negara itu, termasuk Indonesia," katanya.
Ia menambahkan bahwa saham-saham sektor pertanian dan pertambangan di dalam negeri masih akan menjadi primadona mengikuti harga komoditas yang cenderung berada dalam tren penguatan disaat ketidakpastian sentimen global dan cuaca dingin disebagian belahan dunia.
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.