Tuesday, January 31, 2017

Pembatasan imigran Trump pukul bursa saham global

Pembatasan imigran Trump pukul bursa saham global
Bendera nasional Jepang dan Amerika Serikat (AS) dipasang di depan layar monitor menunjukkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di kantor bursa efek di Tokyo, Jepang, Senin (23/1/2017). (REUTERS/Toru Hanai)
New York (ANTARA News) - Pasar saham dunia sebagian besar jatuh pada Senin (Selasa pagi WIB) dan dolar merosot terhadap mata uang safe-haven yen, setelah pembatasan imigran baru AS memicu kekhawatiran tentang dampak kebijakan-kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap perdagangan dan ekonomi global.

Saham-saham di Wall Street membukukan hari terburuk mereka sepanjang tahun ini setelah perintah eksekutif Trump pada Jumat (27/1), melarang pengungsi Suriah dan menangguhkan perjalanan ke Amerika Serikat dari tujuh negara Islam, menyoroti kembali tentang kebijakan proteksionisnya.

Dolar jatuh terhadap yen karena investor mencari keamanan ke mata uang Jepang, dan emas sedikit tinggi di tengah meningkatnya ketidakpastian politik. Emas berjangka naik 0,4 persen menjadi menetap di 1.193,20 dolar AS per ounce, sementara dolar merosot 1,18 persen menjadi 113,70 yen.

Reaksi negatif terhadap perintah eksekutif Trump mendinginkan reli yang telah mengangkat ekuitas AS ke serangkaian rekor tertinggi setelah pemilihan presiden pada November, didorong oleh janji-janji

pemotongan pajak dan peraturan yang lebih sederhana. Namun, risiko potensial dari beberapa kebijakan Trump telah mengurangi antusiasme.

Indeks Volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai "ukuran ketakutan" Wall Street, naik 1,32 poin menjadi 11,90 dari posisi terendah multi-tahun.

Antusias investor atas harapan dari agenda pro-bisnis Trump, terutama reformasi pajak dan peraturan, telah mendorong reli, kata Rick Meckler, presiden hedge fund LibertyView Capital Management LLC di Jersey City, New Jersey.

"Dua hal ini yang paling penting," kata Meckler. "Kita tampak benar-benar terjebak sekarang dalam reformasi imigrasi dan pembatasan perjalanan." Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di First Standard Financial di New York, mengatakan bahwa investor telah difokuskan pada proposal-proposal pro-pertumbuhan Trump dan mengabaikan apapun yang merugikan untuk kegiatan ekonomi, seperti proteksionisme.

Indeks saham semua-negara dunia, MSCI, turun 0,62 persen, sedangkan Indeks FTSEurofirst 300 saham-saham pan-Eropa terkemuka ditutup turun 1,06 persen.

Indeks saham di Jerman, Prancis, Italia dan Spanyol semua turun lebih dari satu persen.

Saham-saham di Wall Street juga jatuh sekitar satu persen tetapi mengurangi beberapa kerugian mereka di akhir sesi.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 122,65 poin, atau 0,61 persen, menjadi 19.971,13 poin. Indeks S&P 500 yang kehilangan 13,79 poin, atau 0,60 persen, menjadi 2.280,9 poin, dan indeks komposit Nasdaq merosot 47,07 poin atau 0,83 persen menjadi 5.613,71 poin.

Sebelumnya di pasar Asia, Nikkei Jepang turun 0,5 persen dan pasar saham Australia turun 0,9 persen.

Euro jatuh ke tingkat terendah 11-hari terhadap dolar setelah rilis data inflasi Jerman sedikit lebih lemah dari yang diharapkan. Namun, euro stabil karena investor menilai kembali harga-harga konsumen yang mencapai tertinggi dalam tiga setengah tahun.

Euro tidak berubah pada 1,0694 dolar.

Surat utang (obligasi) negara AS sedikit berubah menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve AS pada Selasa (31/1) dan Rabu (1/2) dan pekan sarat dengan data yang berkulminasi dengan laporan pekerjaan pada Jumat (3/2) untuk Januari.

Imbal hasil (yield) Obligasi 10-tahun AS, yang menjadi acuan, turun 4/32 menjadi 2,4956 persen. Imbal hasil obligasi 10-tahun Jerman merosot ke serendah 0,436 persen karena angka inflasi.

Sementara itu, harga minyak turun karena berita kenaikan kegiatan pengeboran mingguan di AS mengangkat kekhawatiran atas meningkatnya produksi, ketika banyak produsen minyak dunia berusaha mematuhi kesepakatan untuk memangkas produksi mereka guna mencoba untuk menopang harga.

Jumlah rig minyak aktif AS naik ke tertinggi sejak November 2015 pada pekan lalu, menurut data Baker Hughes, menunjukkan pengebor mengambil keuntungan dari harga minyak di atas 50 dolar AS per barel.

Harga minyak mentah patokan global Brent turun 23 sen menjadi 55,29 dolar AS per barel, sementara minyak mentah berjangka AS menetap turun 54 sen pada 52,63 dolar AS per barel.

Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2017

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Pembatasan imigran Trump pukul bursa saham global

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.