Semoga tahun depan, kebijakan pemerintah lebih mengutamakan pendekatan konsep membangun pertumbuhan ekonomi yang inklusif serta fokus pada peningkatan nilai dan volume ekspor
Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan ekspor komoditas sektor kelautan dan perikanan seharusnya dapat lebih dioptimalkan baik dari segi volume maupun dengan meningkatkan nilai tambahnya.
"Jika melihat sebagian besar komoditas perikanan, justru volume yang dihasilkan belum optimal. Padahal kita tahu potensi kita cukup besar, namun ternyata produktivitas komoditas ekspor kita belum seperti yang kita harapkan bersama," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto di Jakarta, Kamis.
Yugi mengungkapkan volume ekspor sektor kelautan dan perikanan masih didominasi oleh rumput laut yang mencapai 175.000 ton dengan nilai 241 juta dolar AS.
Selain itu, ujar dia, potensi perikanan nasional harusnya bisa lebih banyak berkontribusi kepada kinerja ekspor nasional.
"Kami dari dunia usaha sendiri akan lebih mendorong agar sektor perikanan kita bisa berbicara lebih banyak untuk ekspor. Baik perikanan tangkap hingga budidaya, sehingga kita juga sangat berharap agar kebijakan yang ada bisa mendukung terhadap upaya ini dan target ekspor yang dicanangkan pemerintah bisa terealisasi," kata Yugi.
Sementara itu, Ketua Dewan Penasehat Kelautan dan Perikanan Kadin Rokhmin Dahuri menjelaskan dunia usaha berharap kebijakan yang ada tidak berubah-ubah karena mempunyai efek berganda yang signifikan terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya.
Rokhmin Dahuri juga berharap pemerintah bisa mendorong kemajuan ekonomi terfokus pada pertumbuhan dan ekspor.
"Semoga tahun depan, kebijakan pemerintah lebih mengutamakan pendekatan konsep membangun pertumbuhan ekonomi yang inklusif serta fokus pada peningkatan nilai dan volume ekspor. Sekarang dengan pertumbuhan 5 persen misalnya, sejauh mana pertumbuhan itu berdampak terhadap kesejahteraan nelayan, masyarakat pesisir serta keberlangsungan usaha perikanan dan kelautan," kata Rokhmin.
Dia mengatakan, di masa mendatang masih banyak hal yang harus diperhatikan. Kondisi sekarang ini, tidak hanya pelaku usahanya saja tapi nelayan sekalipun masih menemui banyak tantangan yang dihadapi seperti susahnya mendapatkan akses pembiayaan dan permodalan karena dianggap tidak bankable, selain juga terbentur dengan peraturan-peraturan cukup memberatkan. Disamping itu, masih mahalnya sarana produksi menjadi catatan tersendiri bagi pengusaha untuk melangsungkan usaha perikanannya.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan ekspor hasil perikanan Januari-Oktober 2018 sebanyak 915.000 ton, naik jika dibandingkan periode yang sama pada 2017 sebesar 862.000 ton.
Sedangkan dari sisi nilai, Januari-Oktober 2018 mencapai 3,99 miliar dolar AS, naik jika dibandingkan pada periode yang sama 2017 yang mencapai 3,61 miliar dola AS.
Sebagaimana diwartakan, FAO memprediksi pasar seafood dunia pada tahun 2024 mencapai 240 juta ton, di mana 160 juta ton di antaranya adalah dari perikanan budidaya.
Baca juga: Udang primadona ekspor sektor perikanan 2018
Baca juga: Bappenas dorong penciptaan nilai tambah hasil laut untuk dorong ekspor
"Jika melihat sebagian besar komoditas perikanan, justru volume yang dihasilkan belum optimal. Padahal kita tahu potensi kita cukup besar, namun ternyata produktivitas komoditas ekspor kita belum seperti yang kita harapkan bersama," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto di Jakarta, Kamis.
Yugi mengungkapkan volume ekspor sektor kelautan dan perikanan masih didominasi oleh rumput laut yang mencapai 175.000 ton dengan nilai 241 juta dolar AS.
Selain itu, ujar dia, potensi perikanan nasional harusnya bisa lebih banyak berkontribusi kepada kinerja ekspor nasional.
"Kami dari dunia usaha sendiri akan lebih mendorong agar sektor perikanan kita bisa berbicara lebih banyak untuk ekspor. Baik perikanan tangkap hingga budidaya, sehingga kita juga sangat berharap agar kebijakan yang ada bisa mendukung terhadap upaya ini dan target ekspor yang dicanangkan pemerintah bisa terealisasi," kata Yugi.
Sementara itu, Ketua Dewan Penasehat Kelautan dan Perikanan Kadin Rokhmin Dahuri menjelaskan dunia usaha berharap kebijakan yang ada tidak berubah-ubah karena mempunyai efek berganda yang signifikan terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya.
Rokhmin Dahuri juga berharap pemerintah bisa mendorong kemajuan ekonomi terfokus pada pertumbuhan dan ekspor.
"Semoga tahun depan, kebijakan pemerintah lebih mengutamakan pendekatan konsep membangun pertumbuhan ekonomi yang inklusif serta fokus pada peningkatan nilai dan volume ekspor. Sekarang dengan pertumbuhan 5 persen misalnya, sejauh mana pertumbuhan itu berdampak terhadap kesejahteraan nelayan, masyarakat pesisir serta keberlangsungan usaha perikanan dan kelautan," kata Rokhmin.
Dia mengatakan, di masa mendatang masih banyak hal yang harus diperhatikan. Kondisi sekarang ini, tidak hanya pelaku usahanya saja tapi nelayan sekalipun masih menemui banyak tantangan yang dihadapi seperti susahnya mendapatkan akses pembiayaan dan permodalan karena dianggap tidak bankable, selain juga terbentur dengan peraturan-peraturan cukup memberatkan. Disamping itu, masih mahalnya sarana produksi menjadi catatan tersendiri bagi pengusaha untuk melangsungkan usaha perikanannya.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan ekspor hasil perikanan Januari-Oktober 2018 sebanyak 915.000 ton, naik jika dibandingkan periode yang sama pada 2017 sebesar 862.000 ton.
Sedangkan dari sisi nilai, Januari-Oktober 2018 mencapai 3,99 miliar dolar AS, naik jika dibandingkan pada periode yang sama 2017 yang mencapai 3,61 miliar dola AS.
Sebagaimana diwartakan, FAO memprediksi pasar seafood dunia pada tahun 2024 mencapai 240 juta ton, di mana 160 juta ton di antaranya adalah dari perikanan budidaya.
Baca juga: Udang primadona ekspor sektor perikanan 2018
Baca juga: Bappenas dorong penciptaan nilai tambah hasil laut untuk dorong ekspor
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.