Purwokerto (ANTARA News) - Dua kejadian tanah longsor dilaporkan terjadi di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, akibat hujan yang terjadi pada hari Jumat, kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Arief Rahman.
"Tanah longsor itu terjadi di Desa Clapar, Kecamatan Madukara, dan Desa Sokaraja, Kecamatan Pagentan," katanya saat dihubungi Antara dari Purwokerto, Jumat malam.
Menurut dia, tanah longsor di Desa Clapar terjadi sekitar pukul 16.30 WIB dan sempat menutup ruas jalan penghubung Madukara dan Pagentan.
Ia mengatakan warga setempat bersama anggota Polri dan Tim Reaksi Cepat BPBD Banjarnegara telah bekerja bakti untuk menyingkirkan material longsoran yang menutup ruas jalan tersebut
"Saat ini, ruas jalan tersebut dapat dilalui kendaraan kembali namun harus berhati-hati karena masih ada sisa longsoran yang terbawa air hujan sehingga kemungkinan jalannya menjadi licin," katanya.
Sementara di Desa Sokaraja RT 01 RW 01, kata dia, tebing fondasi rumah Sugito (70) dengan ketinggian 3 meter dan lebar 6 meter dilaporkan longsor pada pukul 18.10 WIB setelah terjadi hujan lebat sejak pukul 18.10 WIB.
Akibat kejadian tersebut, lanjut dia, dinding rumah bagian belakang ambruk dan lantai rumah retak-retak.
"Untuk mengantisipasi longsor susulan, warga yang dimotori oleh pemerintah desa setempat bekerja bakti membuat pengaman pada atap rumah agar tidak ambruk," katanya.
Selain itu, kata dia, warga juga menutup area longsor menggunakan terpal agar aliran air tidak menyebabkan erosi pada tebing.
Ia mengatakan Pemerintah Desa Sokaraja telah menggelar musyawarah untuk melaksanakan kerja bakti guna membongkar bagian belakang rumah Sugito karena mengancam dua rumah warga yang ada di bawahnya, yakni milik Sono (40) dan Daryuti (60).
"Kerja bakti akan dilaksanakan besok pagi, Sabtu (30/9)," katanya.
Lebih lanjut, Arief mengimbau warga Banjarnegara untuk meningkatkan kewaspadaan karena dari 20 kecamatan di kabupaten itu, 18 kecamatan di antaranya rawan longsor.
"Namun tidak semua desa di kecamatan itu rawan longsor, ada yang masuk zona merah, zona kuning, dan zona hijau," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat sekarang sedang berlangsung masa transisi dari musim kemarau menuju musim hujan dan awal musim hujan diprakirakan pada dasarian (10 hari) kedua bulan Oktober.
Kendati di Banjarnegara baru tiga hari terjadi hujan, kata dia, dua kejadian tanah longsor telah terjadi.
"Oleh karena itu, kami akan segera membuat surat edaran yang berisi imbauan agar warga waspada terhadap bencana longsor," katanya.
Disinggung mengenai perkembangan aktivitas Kawah Sileri di Dataran Tinggi Dieng, dia mengatakan berdasarkan pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), aktivitasnya cenderung menurun.
Ia mengharapkan aktivitas Kawah Sileri dapat segera kembali seperti sediakala dan statusnya diturunkan dari "waspada" menjadi "normal".
(U.KR-SMT/I007)
"Tanah longsor itu terjadi di Desa Clapar, Kecamatan Madukara, dan Desa Sokaraja, Kecamatan Pagentan," katanya saat dihubungi Antara dari Purwokerto, Jumat malam.
Menurut dia, tanah longsor di Desa Clapar terjadi sekitar pukul 16.30 WIB dan sempat menutup ruas jalan penghubung Madukara dan Pagentan.
Ia mengatakan warga setempat bersama anggota Polri dan Tim Reaksi Cepat BPBD Banjarnegara telah bekerja bakti untuk menyingkirkan material longsoran yang menutup ruas jalan tersebut
"Saat ini, ruas jalan tersebut dapat dilalui kendaraan kembali namun harus berhati-hati karena masih ada sisa longsoran yang terbawa air hujan sehingga kemungkinan jalannya menjadi licin," katanya.
Sementara di Desa Sokaraja RT 01 RW 01, kata dia, tebing fondasi rumah Sugito (70) dengan ketinggian 3 meter dan lebar 6 meter dilaporkan longsor pada pukul 18.10 WIB setelah terjadi hujan lebat sejak pukul 18.10 WIB.
Akibat kejadian tersebut, lanjut dia, dinding rumah bagian belakang ambruk dan lantai rumah retak-retak.
"Untuk mengantisipasi longsor susulan, warga yang dimotori oleh pemerintah desa setempat bekerja bakti membuat pengaman pada atap rumah agar tidak ambruk," katanya.
Selain itu, kata dia, warga juga menutup area longsor menggunakan terpal agar aliran air tidak menyebabkan erosi pada tebing.
Ia mengatakan Pemerintah Desa Sokaraja telah menggelar musyawarah untuk melaksanakan kerja bakti guna membongkar bagian belakang rumah Sugito karena mengancam dua rumah warga yang ada di bawahnya, yakni milik Sono (40) dan Daryuti (60).
"Kerja bakti akan dilaksanakan besok pagi, Sabtu (30/9)," katanya.
Lebih lanjut, Arief mengimbau warga Banjarnegara untuk meningkatkan kewaspadaan karena dari 20 kecamatan di kabupaten itu, 18 kecamatan di antaranya rawan longsor.
"Namun tidak semua desa di kecamatan itu rawan longsor, ada yang masuk zona merah, zona kuning, dan zona hijau," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat sekarang sedang berlangsung masa transisi dari musim kemarau menuju musim hujan dan awal musim hujan diprakirakan pada dasarian (10 hari) kedua bulan Oktober.
Kendati di Banjarnegara baru tiga hari terjadi hujan, kata dia, dua kejadian tanah longsor telah terjadi.
"Oleh karena itu, kami akan segera membuat surat edaran yang berisi imbauan agar warga waspada terhadap bencana longsor," katanya.
Disinggung mengenai perkembangan aktivitas Kawah Sileri di Dataran Tinggi Dieng, dia mengatakan berdasarkan pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), aktivitasnya cenderung menurun.
Ia mengharapkan aktivitas Kawah Sileri dapat segera kembali seperti sediakala dan statusnya diturunkan dari "waspada" menjadi "normal".
(U.KR-SMT/I007)
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2017
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.