Jakarta (ANTARA News) - Para pengusaha Indonesia dan Myanmar saling menjajaki peluang bisnis di kedua negara dalam pertemuan bisnis yang diadakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon, Myanmar.
"Temu bisnis ini merupakan upaya diplomasi ekonomi untuk meningkatkan perdagangan bilateral maupun investasi Indonesia di Myanmar," kata Duta Besar RI untuk Myanmar Ito Sumardi seperti disampaikan dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
KBRI Yangon menggelar temu bisnis antara 33 pengusaha Indonesia dengan 68 mitranya dari Myanmar di Yangon pada Jumat (29/9). Para pengusaha itu bergerak di bidang konstruksi, farmasi, perdagangan, distribusi, energi, consumer goods, logistik, perabotan, telekomunikasi, garmen, tekstil, dan kerajinan tangan.
Dubes Ito menyampaikan pentingnya mendorong perusahaan Indonesia, baik pemerintah maupun swasta, untuk memasuki sektor pertambangan, telekomunikasi dan infrastruktur di Myanmar yang sedang berkembang pesat.
Pengusaha tingkat menengah dan kecil Indonesia juga dinilai perlu bersama-sama dengan mitranya di Myanmar meningkatkan perdagangan bilateral Indonesia-Myanmar.
Dubes RI meyakinkan para pengusaha Indonesia yang hadir untuk tidak ragu mengembangkan bisnis di Myanmar dan bermitra dengan para pengusaha Myanmar.
"Keamanan di Yangon dan Myanmar pada umumnya cukup baik. Bahkan di Yangon, tindak kriminal sangat rendah, dibandingkan kota-kota lain di Asia. Pemerintah Myanmar pun senantiasa memperbaiki iklim investasi dan bisnis guna menarik investor dan pelaku bisnis asing dalam mengembangkan perdagangan dan investasi di Myanmar," ujar Ito.
Wakil Menteri Perdagangan Myanmar U Aung Htoo yang hadir dalam temu bisnis itu mengharapkan tidak hanya produk batik Indonesia, yang sudah sedemikian dikenal baik di Myanmar, tetapi juga produk-produk pertanian, pertambangan, peternakan, dan produk lainnya.
Sejalan dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur dan perumahan di Myanmar, produk-produk bahan bangunan, semen, panel, alat permesinan diharapkan juga dapat memasuki pasar Myanmar.
Sebaliknya, produk-produk kelautan, pertanian, kehutanan, pertambangan dan perkebunan dari Myanmar diharapkan dapat juga memasuki pasar di Indonesia dan semakin luas dikenal di Indonesia.
Wakil Presiden Federasi Kamar Dagang Myanmar, Maung Maung Lay mengungkapkan masih banyak peluang perdagangan dan investasi Myanmar yang sangat potensial untuk dikembangkan, di antaranya di sektor infrastruktur, energi, pertanian dan pertambangan.
"Daya beli masyarakat Myanmar pun terus membaik sehingga merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh para pengusaha Indonesia. Peningkatan nilai perdagangan kedua negara dipastikan akan sangat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan hidup kedua bangsa," tutur dia.
Data menunjukkan bahwa total perdangangan Indonesia-Myanmar pada 2016 mencapai 760 juta dolar AS. Nilai perdagangan bilateral RI-Myanmar periode Januari-Juli 2017 meningkat sebanyak 35 persen dibandingkan dengan nilai perdagangan dalam periode yang sama pada 2016.
"Temu bisnis ini merupakan upaya diplomasi ekonomi untuk meningkatkan perdagangan bilateral maupun investasi Indonesia di Myanmar," kata Duta Besar RI untuk Myanmar Ito Sumardi seperti disampaikan dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
KBRI Yangon menggelar temu bisnis antara 33 pengusaha Indonesia dengan 68 mitranya dari Myanmar di Yangon pada Jumat (29/9). Para pengusaha itu bergerak di bidang konstruksi, farmasi, perdagangan, distribusi, energi, consumer goods, logistik, perabotan, telekomunikasi, garmen, tekstil, dan kerajinan tangan.
Dubes Ito menyampaikan pentingnya mendorong perusahaan Indonesia, baik pemerintah maupun swasta, untuk memasuki sektor pertambangan, telekomunikasi dan infrastruktur di Myanmar yang sedang berkembang pesat.
Pengusaha tingkat menengah dan kecil Indonesia juga dinilai perlu bersama-sama dengan mitranya di Myanmar meningkatkan perdagangan bilateral Indonesia-Myanmar.
Dubes RI meyakinkan para pengusaha Indonesia yang hadir untuk tidak ragu mengembangkan bisnis di Myanmar dan bermitra dengan para pengusaha Myanmar.
"Keamanan di Yangon dan Myanmar pada umumnya cukup baik. Bahkan di Yangon, tindak kriminal sangat rendah, dibandingkan kota-kota lain di Asia. Pemerintah Myanmar pun senantiasa memperbaiki iklim investasi dan bisnis guna menarik investor dan pelaku bisnis asing dalam mengembangkan perdagangan dan investasi di Myanmar," ujar Ito.
Wakil Menteri Perdagangan Myanmar U Aung Htoo yang hadir dalam temu bisnis itu mengharapkan tidak hanya produk batik Indonesia, yang sudah sedemikian dikenal baik di Myanmar, tetapi juga produk-produk pertanian, pertambangan, peternakan, dan produk lainnya.
Sejalan dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur dan perumahan di Myanmar, produk-produk bahan bangunan, semen, panel, alat permesinan diharapkan juga dapat memasuki pasar Myanmar.
Sebaliknya, produk-produk kelautan, pertanian, kehutanan, pertambangan dan perkebunan dari Myanmar diharapkan dapat juga memasuki pasar di Indonesia dan semakin luas dikenal di Indonesia.
Wakil Presiden Federasi Kamar Dagang Myanmar, Maung Maung Lay mengungkapkan masih banyak peluang perdagangan dan investasi Myanmar yang sangat potensial untuk dikembangkan, di antaranya di sektor infrastruktur, energi, pertanian dan pertambangan.
"Daya beli masyarakat Myanmar pun terus membaik sehingga merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh para pengusaha Indonesia. Peningkatan nilai perdagangan kedua negara dipastikan akan sangat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan hidup kedua bangsa," tutur dia.
Data menunjukkan bahwa total perdangangan Indonesia-Myanmar pada 2016 mencapai 760 juta dolar AS. Nilai perdagangan bilateral RI-Myanmar periode Januari-Juli 2017 meningkat sebanyak 35 persen dibandingkan dengan nilai perdagangan dalam periode yang sama pada 2016.
Kenaikan nilai perdagangan tersebut disumbangkan dari sektor barang konsumsi, garmen, dan mesin.
Editor: Heppy Ratna
COPYRIGHT © ANTARA 2017
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.