Bengkulu (ANTARA News) - Ribuan warga Bengkulu tumpah ruah di lapangan "view tower" Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, menyaksikan pentas seni budaya, sekaligus malam puncak 10 hari pelaksanaan Festival Tabut 2017 yang digelar menyambut 1 Muharram 1439 Hijriah.
"Kami mengapresiasi semua pihak atas kelancaran rangkaian festival selama 10 hari tanpa hambatan," kata Pelaksana Tugas Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah saat menyampaikan sambutan malam penutupan Festival Tabut 2017 di Bengkulu, Jumat, malam.
Ia mengatakan festival yang digelar setiap tahun dan sudah masuk dalam kalender pariwisata Kementerian Pariwisata tidak hanya menjadi ajang promosi pariwisata daerah, tapi juga menjadi penggerak ekonomi daerah.
Khusus kepada anggota Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) yang menyelenggarakan ritual tabut, Rohidin juga menyampaikan apresiasi tinggi.
"Mari kita jaga tradisi tabut berbalut nilai relijius Islam ini tanpa meninggalkan budaya lokal," katanya.
Plt Gubernur juga mengapresiasi dukungan masyarakat Bengkulu yang memadati area pentas seni budaya sekaligus menyaksikan malam Tabut Besanding itu.
Malam penutupan festival diselingi pertunjukan seni budaya antara lain tabuhan musik dol, tari dan seni suara yang diisi para pemenang lomba.
Rohidin mengatakan penyelenggaraan festival akan terus diperbaiki kualitasnya sehingga mampu menarik wisatawan nusantara hingga mancanegara untuk menyaksikan kekayaan budaya dan sejarah daerah ini.
"Festival ini tidak hanya ritual budaya dan religi, tapi juga bagian dari modal pembangunan sektor pariwisata," katanya.
Pembangunan pariwisata tersebut akan mendukung program unggulan daerah ini mewujudkan Tahun Kunjungan wisata pada 2020 atau "Visit Wonderful Bengkulu 2020.
Ritual Tabot yang digelar anggota Kerukunan Keluarga Tabot (KKT) Bengkulu adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala pada 10 Muharam 61 Hijriah (681 M).
Perayaan di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada 1685. Syeh Burhanuddin atau Imam Senggolo pun menikah dengan wanita Bengkulu kemudian keturunannya disebut sebagai KKT.
Inti dari upacara selama 10 hari terhitung 1 hingga 10 Muharram, adalah mengumpulkan semua bagian tubuh Husein lalu diarak dan dimakamkan di Padang Karbala.
Adapun tahapan ritual Tabot sesuai urutan, yakni mengambil tanah, duduk penja, meradai, merajang, arak penja, arak serban, gam atau masa tenang/berkabung dan arak gedang serta tabot terbuang.
Selama 10 hari pelaksanaan ritual atau doa, Dinas Pariwisata menggelar festival yang diisi pameran produk unggulan daerah serta berbagai lomba seperti tari dan lomba musik dol, alat musik khas Bengkulu.
(T.H019/B012)
"Kami mengapresiasi semua pihak atas kelancaran rangkaian festival selama 10 hari tanpa hambatan," kata Pelaksana Tugas Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah saat menyampaikan sambutan malam penutupan Festival Tabut 2017 di Bengkulu, Jumat, malam.
Ia mengatakan festival yang digelar setiap tahun dan sudah masuk dalam kalender pariwisata Kementerian Pariwisata tidak hanya menjadi ajang promosi pariwisata daerah, tapi juga menjadi penggerak ekonomi daerah.
Khusus kepada anggota Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) yang menyelenggarakan ritual tabut, Rohidin juga menyampaikan apresiasi tinggi.
"Mari kita jaga tradisi tabut berbalut nilai relijius Islam ini tanpa meninggalkan budaya lokal," katanya.
Plt Gubernur juga mengapresiasi dukungan masyarakat Bengkulu yang memadati area pentas seni budaya sekaligus menyaksikan malam Tabut Besanding itu.
Malam penutupan festival diselingi pertunjukan seni budaya antara lain tabuhan musik dol, tari dan seni suara yang diisi para pemenang lomba.
Rohidin mengatakan penyelenggaraan festival akan terus diperbaiki kualitasnya sehingga mampu menarik wisatawan nusantara hingga mancanegara untuk menyaksikan kekayaan budaya dan sejarah daerah ini.
"Festival ini tidak hanya ritual budaya dan religi, tapi juga bagian dari modal pembangunan sektor pariwisata," katanya.
Pembangunan pariwisata tersebut akan mendukung program unggulan daerah ini mewujudkan Tahun Kunjungan wisata pada 2020 atau "Visit Wonderful Bengkulu 2020.
Ritual Tabot yang digelar anggota Kerukunan Keluarga Tabot (KKT) Bengkulu adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala pada 10 Muharam 61 Hijriah (681 M).
Perayaan di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada 1685. Syeh Burhanuddin atau Imam Senggolo pun menikah dengan wanita Bengkulu kemudian keturunannya disebut sebagai KKT.
Inti dari upacara selama 10 hari terhitung 1 hingga 10 Muharram, adalah mengumpulkan semua bagian tubuh Husein lalu diarak dan dimakamkan di Padang Karbala.
Adapun tahapan ritual Tabot sesuai urutan, yakni mengambil tanah, duduk penja, meradai, merajang, arak penja, arak serban, gam atau masa tenang/berkabung dan arak gedang serta tabot terbuang.
Selama 10 hari pelaksanaan ritual atau doa, Dinas Pariwisata menggelar festival yang diisi pameran produk unggulan daerah serta berbagai lomba seperti tari dan lomba musik dol, alat musik khas Bengkulu.
(T.H019/B012)
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2017
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.