New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah yang diperdagangkan di New York Mercantile Exchange dan London ICE Futures Exchange terus menguat hingga akhir perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu pagi WIB), setelah data menunjukkan jumlah pengeboran aktif di Amerika Serikat menurun pekan ini.
Patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Agustus naik 0,70 dolar AS menjadi menetap di 74,15 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara patokan internasional, minyak mentah Brent, untuk pengiriman Agustus harganya bertambah 1,59 dolar AS menjadi 79,44 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Jumlah pengeboran yang beroperasi di ladang-ladang minyak Amerika Serikat turun empat menjadi total 858 pengeboran pekan ini menurut laporan mingguan perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes pada Jumat (29/6).
Dolar AS yang lebih lemah juga membuat sejumlah komoditas yang dihargakan dalam dolar AS lebih menarik bagi para pemegang mata uang lainnya.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,68 persen menjadi 94,662 pada pukul 20.00 GMT.
Sementara itu, pasar energi telah bereaksi terhadap ancaman dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pekan ini, yang mengindikasikan bahwa Gedung Putih akan mengupayakan sanksi bagi negara-negara yang tidak mengurangi impor minyak mentah dari Iran menjadi "nol" pada 4 November, demikian menurut siaran kantor berita Xinhua. (UU.A026)
Patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Agustus naik 0,70 dolar AS menjadi menetap di 74,15 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara patokan internasional, minyak mentah Brent, untuk pengiriman Agustus harganya bertambah 1,59 dolar AS menjadi 79,44 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Jumlah pengeboran yang beroperasi di ladang-ladang minyak Amerika Serikat turun empat menjadi total 858 pengeboran pekan ini menurut laporan mingguan perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes pada Jumat (29/6).
Dolar AS yang lebih lemah juga membuat sejumlah komoditas yang dihargakan dalam dolar AS lebih menarik bagi para pemegang mata uang lainnya.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,68 persen menjadi 94,662 pada pukul 20.00 GMT.
Sementara itu, pasar energi telah bereaksi terhadap ancaman dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pekan ini, yang mengindikasikan bahwa Gedung Putih akan mengupayakan sanksi bagi negara-negara yang tidak mengurangi impor minyak mentah dari Iran menjadi "nol" pada 4 November, demikian menurut siaran kantor berita Xinhua. (UU.A026)
Pewarta: -
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.