Jakarta (ANTARA News) - Komite Warisan Dunia mengumumkan tiga situs baru yang diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco) sebagai warisan budaya dunia pada Jumat (29/6) usai pertemuan ke-42 di Bahrain.
Ketiga situs yang ditetapkan Unesco sebagai warisan budaya dunia meliputi satu permukiman di pedalaman Kenya, kota kuno di Oman, dan oasis di Arab Saudi.
1. Pemukiman Thimlich Ohinga di Kenya.
Berada di barat daya kota Migori, di kawasan Lake Victoria, permukiman berdinding batu Thimlich Ohinga diperkirakan dibangun pada abad ke-16 menurut siaran laman Unesco.
Permukiman tersebut tampaknya berfungsi sebagai benteng bagi warga dan ternak mereka, tapi juga mendefinisikan entitas sosial dan hubungan yang terkait dengan garis keturunan. Thimlichh Ohinga merupakan kandang tradisional terbesar dan paling lestari menurut Unesco.
"Ini adalah contoh luar biasa dari tradisi kandang berdinding batu kering besar, khas dari komunitas pastoral pertama di Lake Victoria Basin, yang bertahan hingga pertengahan abad ke-20."
2. Kota kuno Qalhat di Oman.
Situs yang berada di pesisir timur Kesultanan Oman ini mencakup kota kuno Qalhat, yang dikelilingi dinding dalam dan luas, serta area di luar benteng tempat pekuburan berada.
"Kota ini berkembang sebagai pelabuhan utama di pantai timur Arabia antara abad 11 hingga 15, selama masa pemerintahan para pangeran Hormuz. Sekarang, memiliki kesaksian arkeologi yang unik bagi hubungan perdagangan antara pantai timur Arabia, Afrika timur, India, Cina, dan Asia Tenggara," kata Unesco.
3. Oasis Al-Ahsa di Arab Saudi.
Berada di bagian timur Semenanjung Arab, Al Ahsa Oasis merupakan lanskap yang mencakup taman-taman, kanal, air terjun, sumur, danau, bangunan bersejarah, struktur perkotaan dan situs arkeologi.
"Mereka mewakili jejak-jejak permukiman manusia yang berkelanjutan di kawasan Teluk dari Neolitik hingga saat ini, seperti yang bisa dilihat dari benteng bersejarah yang tersisa, masjid, sumur, kanal dan sistem pengelolaan air lainnya. Dengan 2,5 juta pohon kurma, ini adalah oasis terbesar di dunia. Al-Ahsa juga merupakan lanskap geokultural yang unik dan contoh luar biasa dari interaksi manusia dengan lingkungan," menurut Unesco.
Ketiga situs yang ditetapkan Unesco sebagai warisan budaya dunia meliputi satu permukiman di pedalaman Kenya, kota kuno di Oman, dan oasis di Arab Saudi.
1. Pemukiman Thimlich Ohinga di Kenya.
Berada di barat daya kota Migori, di kawasan Lake Victoria, permukiman berdinding batu Thimlich Ohinga diperkirakan dibangun pada abad ke-16 menurut siaran laman Unesco.
Permukiman tersebut tampaknya berfungsi sebagai benteng bagi warga dan ternak mereka, tapi juga mendefinisikan entitas sosial dan hubungan yang terkait dengan garis keturunan. Thimlichh Ohinga merupakan kandang tradisional terbesar dan paling lestari menurut Unesco.
"Ini adalah contoh luar biasa dari tradisi kandang berdinding batu kering besar, khas dari komunitas pastoral pertama di Lake Victoria Basin, yang bertahan hingga pertengahan abad ke-20."
2. Kota kuno Qalhat di Oman.
Situs yang berada di pesisir timur Kesultanan Oman ini mencakup kota kuno Qalhat, yang dikelilingi dinding dalam dan luas, serta area di luar benteng tempat pekuburan berada.
"Kota ini berkembang sebagai pelabuhan utama di pantai timur Arabia antara abad 11 hingga 15, selama masa pemerintahan para pangeran Hormuz. Sekarang, memiliki kesaksian arkeologi yang unik bagi hubungan perdagangan antara pantai timur Arabia, Afrika timur, India, Cina, dan Asia Tenggara," kata Unesco.
3. Oasis Al-Ahsa di Arab Saudi.
Berada di bagian timur Semenanjung Arab, Al Ahsa Oasis merupakan lanskap yang mencakup taman-taman, kanal, air terjun, sumur, danau, bangunan bersejarah, struktur perkotaan dan situs arkeologi.
"Mereka mewakili jejak-jejak permukiman manusia yang berkelanjutan di kawasan Teluk dari Neolitik hingga saat ini, seperti yang bisa dilihat dari benteng bersejarah yang tersisa, masjid, sumur, kanal dan sistem pengelolaan air lainnya. Dengan 2,5 juta pohon kurma, ini adalah oasis terbesar di dunia. Al-Ahsa juga merupakan lanskap geokultural yang unik dan contoh luar biasa dari interaksi manusia dengan lingkungan," menurut Unesco.
Penerjemah: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2018
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.