Seperti halnya Blok Mahakam, Kaltim, pemerintah seharusnya ngotot tidak memperpanjang Blok Rokan dan selanjutnya menyerahkan ke BUMN, Pertamina, sebagai wujud memenuhi amanat Pasal 33 UUD 1945."
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan saat ini perkembangan Blok Rokan, Riau sedang diproses oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Hari ini saya tidak mau membicarakan tentang Blok Rokan, karena masih diproses oleh ESDM, jadi nanti juga jangan tanya tentang itu ya," kata Amien Sunaryadi saat berdiskusi di Jakarta, Senin.
Lebih lanjut lagi ketika dikonfirmasi Antara, Amien tidak menjelaskan secara detil bagaimana perkembangan terkini terkait Blok Rokan.
Dalam kesempatan berbeda, pengamat energi Sofyano Zakaria meminta pemerintah menyerahkan pengelolaan Blok Rokan, Provinsi Riau, ke PT Pertamina (Persero) setelah habis kontrak dengan PT Chevron Pasific Indonesia pada 2021.
"Seperti halnya Blok Mahakam, Kaltim, pemerintah seharusnya ngotot tidak memperpanjang Blok Rokan dan selanjutnya menyerahkan ke BUMN, Pertamina, sebagai wujud memenuhi amanat Pasal 33 UUD 1945," katanya.
Pemerintah, lanjutnya, harus membuktikan keberpihakannya kepada kepentingan nasional dengan menyerahkan Blok Rokan ke Pertamina.
Menurut dia, Chevron sudah 50 tahun mengelola Blok Rokan atau sejak 1971, sehingga sudah cukup tepat dialihkan ke negara melalui Pertamina.
Di samping itu, lanjutnya, Pertamina juga sudah berhasil membuktikan mampu mengelola blok terminasi termasuk West Madura Offshore (WMO), Offshore North West Java (ONWJ) dan Mahakam, dengan baik dan telah memberikan manfaat besar bagi negara.
"Pertamina sudah terbukti dan berpengalaman, jadi sangat layak mengelola Blok Rokan," kata Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi).
Sofyano juga mengatakan saat ini produksi minyak dan kondensat Blok Rokan berkontribusi sekitar 25 persen atau sekitar 200.000 barel per hari dari total produksi minyak nasional sebesar 800.000 barel per hari.
Jika produksi Blok Rokan itu dikelola Pertamina, lanjutnya, maka hasil minyak mentahnya bisa masuk ke kilang milik BUMN migas tersebut, sehingga akan menekan impor minyak mentah, sekaligus meningkatkan devisa negara.
"Artinya, kalau dikelola Pertamina, maka Blok Rokan akan makin meningkatkan ketahanan energi nasional," katanya.
"Hari ini saya tidak mau membicarakan tentang Blok Rokan, karena masih diproses oleh ESDM, jadi nanti juga jangan tanya tentang itu ya," kata Amien Sunaryadi saat berdiskusi di Jakarta, Senin.
Lebih lanjut lagi ketika dikonfirmasi Antara, Amien tidak menjelaskan secara detil bagaimana perkembangan terkini terkait Blok Rokan.
Dalam kesempatan berbeda, pengamat energi Sofyano Zakaria meminta pemerintah menyerahkan pengelolaan Blok Rokan, Provinsi Riau, ke PT Pertamina (Persero) setelah habis kontrak dengan PT Chevron Pasific Indonesia pada 2021.
"Seperti halnya Blok Mahakam, Kaltim, pemerintah seharusnya ngotot tidak memperpanjang Blok Rokan dan selanjutnya menyerahkan ke BUMN, Pertamina, sebagai wujud memenuhi amanat Pasal 33 UUD 1945," katanya.
Pemerintah, lanjutnya, harus membuktikan keberpihakannya kepada kepentingan nasional dengan menyerahkan Blok Rokan ke Pertamina.
Menurut dia, Chevron sudah 50 tahun mengelola Blok Rokan atau sejak 1971, sehingga sudah cukup tepat dialihkan ke negara melalui Pertamina.
Di samping itu, lanjutnya, Pertamina juga sudah berhasil membuktikan mampu mengelola blok terminasi termasuk West Madura Offshore (WMO), Offshore North West Java (ONWJ) dan Mahakam, dengan baik dan telah memberikan manfaat besar bagi negara.
"Pertamina sudah terbukti dan berpengalaman, jadi sangat layak mengelola Blok Rokan," kata Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi).
Sofyano juga mengatakan saat ini produksi minyak dan kondensat Blok Rokan berkontribusi sekitar 25 persen atau sekitar 200.000 barel per hari dari total produksi minyak nasional sebesar 800.000 barel per hari.
Jika produksi Blok Rokan itu dikelola Pertamina, lanjutnya, maka hasil minyak mentahnya bisa masuk ke kilang milik BUMN migas tersebut, sehingga akan menekan impor minyak mentah, sekaligus meningkatkan devisa negara.
"Artinya, kalau dikelola Pertamina, maka Blok Rokan akan makin meningkatkan ketahanan energi nasional," katanya.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.