Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan medan yang berbukit-bukit menjadi salah satu kendala dalam penanganan dampak gempa 7,6 Skala Richter di Kabupaten Boven Digoel, Papua.
"Sarana komunikasi yang kurang juga menjadi salah satu kendala karena menyulitkan koordinasi," kata Sutopo dalam siaran pers BNPB, Selasa.
"Sarana komunikasi yang kurang juga menjadi salah satu kendala karena menyulitkan koordinasi," kata Sutopo dalam siaran pers BNPB, Selasa.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua bekerja sama dengan Polres Boven Digoel dan pemerintah daerah setempat untuk melakukan kajian cepat dampak gempa tersebut.
BPBD Papua telah mendorong pengiriman logistik ke Kabupaten Boven Digoel sementara Polres Boven Digoel dan TNI setempat mengevakuasi warga yang terdampak bencana.
"Hingga kini Kabupaten Boven Digoel belum memiliki BPBD sebagai organisasi yang bergerak di bidang penanggulangan bencana," tuturnya.
Sutopo mengatakan BPBD Papua melaporkan kebutuhan mendesak korban bencana meliputi makanan, pasokan air, dan pelayanan medis: tenaga medis, peralatan dan obat-obatan.
Gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter yang terjadi di Boven Digoel pada Senin (26/2) pukul 02.44 WIT berpusat di 266 km arah tenggara Kota Boven Digoel pada kedalaman gempa sekitar 17 km.
Dampak gempa teridentifikasi di wilayah Distrik Mindiptanah, Waropko dan Arimop.
Data sementara menyebutkan empat rumah, satu masjid dan satu puskemas rusak di Distrik Mindiptanah; dua rumah rusak dan satu bangunan PDAM rusak berat di Waropko; serta satu rumah, satu sekolah dan satu kantor distrik rusak di Arimop.
Gempa juga memicu longsor dan kerusakan jalan di Waropko.
Data sementara menyebutkan empat rumah, satu masjid dan satu puskemas rusak di Distrik Mindiptanah; dua rumah rusak dan satu bangunan PDAM rusak berat di Waropko; serta satu rumah, satu sekolah dan satu kantor distrik rusak di Arimop.
Gempa juga memicu longsor dan kerusakan jalan di Waropko.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.