Gunung Kidul (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membangun Embung Batur Agung di Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo untuk mengatasi kekurangan air pada musim kemarau dan menampung air saat musim hujan.
Kepala DP3AKBPMD Gunung Kidul Sujoko di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan anggaran pembangunan Embung Batur Agung dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonsia.
"Embung ini berfungsi menampung air, selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi suplementer untuk budi daya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi di musim kemarau atau disaat curah hujan makin jarang," kata Sujoko.
Ia mengatakan berbagai upaya dilakukan pemerintah daerah untuk terus mendorong kreativitas masyarakat pada sektor pertanian, guna meyukseskan program swasembada dan ketahanan pangan secara nasional.
Ia meminta agar warga masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas yang telah diberikan secara maksimal, dengan mengutamakan jiwa dan semangat gotong-royong untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama.
"Kondisi di wilayah Gunung Kidul pada sektor pertanian dan pemberdayaan kawasan pedesaan untuk peningkatkan kesejahteraan saat ini telah mulai ada peningkatan dan cenderung mengalami kemajuan, semua ini berkat perhatian dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat berupa bantuan dan hibah? seperti pembangunan embung dan bantuan alat pertanian saat ini," katanya.
Menurut dia, keberadaan embung sangat strategis untuk sektor pertanian dan kebutuhan air sehari-hari. Namun pengelolaan air masih jauh dari yang diharapkan, sehingga air yang semestinya merupakan sahabat petani berubah menjadi penyebab bencana bagi petani.
Kepala DP3AKBPMD Gunung Kidul Sujoko di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan anggaran pembangunan Embung Batur Agung dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonsia.
"Embung ini berfungsi menampung air, selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi suplementer untuk budi daya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi di musim kemarau atau disaat curah hujan makin jarang," kata Sujoko.
Ia mengatakan berbagai upaya dilakukan pemerintah daerah untuk terus mendorong kreativitas masyarakat pada sektor pertanian, guna meyukseskan program swasembada dan ketahanan pangan secara nasional.
Ia meminta agar warga masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas yang telah diberikan secara maksimal, dengan mengutamakan jiwa dan semangat gotong-royong untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama.
"Kondisi di wilayah Gunung Kidul pada sektor pertanian dan pemberdayaan kawasan pedesaan untuk peningkatkan kesejahteraan saat ini telah mulai ada peningkatan dan cenderung mengalami kemajuan, semua ini berkat perhatian dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat berupa bantuan dan hibah? seperti pembangunan embung dan bantuan alat pertanian saat ini," katanya.
Menurut dia, keberadaan embung sangat strategis untuk sektor pertanian dan kebutuhan air sehari-hari. Namun pengelolaan air masih jauh dari yang diharapkan, sehingga air yang semestinya merupakan sahabat petani berubah menjadi penyebab bencana bagi petani.
Indikatornya, di musim kemarau, ladang dan sawah sering kali kekeringan dan sebaliknya di musim penghujan, ladang dan sawah banyak yang terendam air.
Sementara pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan air dan menjadi sumber air irigasi pada musim kemarau.
"Secara operasional sebenarnya embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman musim kemarau dan penghujan," katanya.
Sujoko berharap pembuatan embung ini adalah solusi petani pada musim kemarau atupun musim penghujan dan dapat meningkatkan produktivitas invensitas tanam, dan pendapatan petani untuk mendorong tumbuhnya geliat ekonomi masyarakat desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya mendukung program kedaulatan pangan masyarakat.
"Mari kita pelihara semua bantuan tersebut dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan bersama," katanya.
Sementara pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan air dan menjadi sumber air irigasi pada musim kemarau.
"Secara operasional sebenarnya embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman musim kemarau dan penghujan," katanya.
Sujoko berharap pembuatan embung ini adalah solusi petani pada musim kemarau atupun musim penghujan dan dapat meningkatkan produktivitas invensitas tanam, dan pendapatan petani untuk mendorong tumbuhnya geliat ekonomi masyarakat desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya mendukung program kedaulatan pangan masyarakat.
"Mari kita pelihara semua bantuan tersebut dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan bersama," katanya.
Pewarta: Sutarmi
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.