Jakarta (ANTARA News) - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus mencermati persepsi adanya penurunan daya beli yang hingga kini masih berkembang di tengah masyarakat.
"Berkembangnya persepsi adanya penurunan daya beli ini terus menjadi perhatian pemerintah. Pembahasan di KSSK melihat apakah ini persepsi atau yang sifatnya riil?" kata Menteri Keuangan Sri Mulyani saat jumpa pers hasil rapat KSSK di Jakarta, Selasa.
"Berkembangnya persepsi adanya penurunan daya beli ini terus menjadi perhatian pemerintah. Pembahasan di KSSK melihat apakah ini persepsi atau yang sifatnya riil?" kata Menteri Keuangan Sri Mulyani saat jumpa pers hasil rapat KSSK di Jakarta, Selasa.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa realisasi penerimaan pajak dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) justru menunjukkan pertumbuhan yang positif dan cukup kuat. Hal ini mengindikasikan adanya aktivitas ekonomi.
"Ini membuat kami melakukan penelitian sumber persepsi penurunan daya beli ini," ujarnya.
Berdasarkan data konsumsi rumah tangga (RT) yang terbagi dalam 10 kelompok pendapatan, lanjut Sri Mulyani, tiga kelompok terbawah pertumbuhan konsumsinya justru lebih tinggi daripada tahun lalu. Oleh karena itu, Pemerintah akan memfokuskan APBN dan APBD agar lebih berdampak kepada masyarakat pada tahun depan.
Akan tetapi, pada tahun ini realisasi transfer ke daerah dan dana desa dan jumlah program yang langsung menyentuh pada masyarakat terbawah akan langsung pada bulan Desember.
"Maka, growth konsumsi mereka cukup positif. Ini pasti terkonfirmasikan dengan inflasi yang terus terjaga rendah dimana bahan-bahan pokok yang selama ini bisa dijaga harganya akan membantu 30 persen kelompok terbawah," kata Sri Mulyani.
Pemerintah sendiri memproyeksikan pertumbuhan konsumsi hingga akhir 2017 bisa bertahan di kisaran 5 persen sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Ia juga berharap persepsi adanya penurunan daya beli masyarakat tidak menjadi sesuatu yang benar-benar terjadi.
"Maka, yang kami sebut sebagai risiko jangan sampai persepsi itu terjadi. Kami akan terus memberikan informasi kepada masyarakat bahwa mengenai daya beli dan pertumbuhan konsumsi, kami akan terus report dan laporkan kepada masyarakat mengenai apa yang terjadi," ujar Sri Mulyani.
(T.C005/D007)
"Ini membuat kami melakukan penelitian sumber persepsi penurunan daya beli ini," ujarnya.
Berdasarkan data konsumsi rumah tangga (RT) yang terbagi dalam 10 kelompok pendapatan, lanjut Sri Mulyani, tiga kelompok terbawah pertumbuhan konsumsinya justru lebih tinggi daripada tahun lalu. Oleh karena itu, Pemerintah akan memfokuskan APBN dan APBD agar lebih berdampak kepada masyarakat pada tahun depan.
Akan tetapi, pada tahun ini realisasi transfer ke daerah dan dana desa dan jumlah program yang langsung menyentuh pada masyarakat terbawah akan langsung pada bulan Desember.
"Maka, growth konsumsi mereka cukup positif. Ini pasti terkonfirmasikan dengan inflasi yang terus terjaga rendah dimana bahan-bahan pokok yang selama ini bisa dijaga harganya akan membantu 30 persen kelompok terbawah," kata Sri Mulyani.
Pemerintah sendiri memproyeksikan pertumbuhan konsumsi hingga akhir 2017 bisa bertahan di kisaran 5 persen sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Ia juga berharap persepsi adanya penurunan daya beli masyarakat tidak menjadi sesuatu yang benar-benar terjadi.
"Maka, yang kami sebut sebagai risiko jangan sampai persepsi itu terjadi. Kami akan terus memberikan informasi kepada masyarakat bahwa mengenai daya beli dan pertumbuhan konsumsi, kami akan terus report dan laporkan kepada masyarakat mengenai apa yang terjadi," ujar Sri Mulyani.
(T.C005/D007)
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2017
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.