Jakarta (ANTARA News) - Ahli arkeologi dari Universitas Indonesia, Agus A Munandar, mengatakan, arsip adalah warisan budaya yang perlu dilestarikan karena arisp merupakan jembatan generasi sekarang dengan generasi yang lalu.
"Kalau warisan itu hilang maka bukti jati diri kita juga hilang. Itulah pentingnya arsip maka harus dipelihara, karena itu adalah warisan dari generasi masa lalu, keterkaitan kita dengan nenek moyang kita," kata Munandar, di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, arsip adalah unicum (tunggal) yang berasal dari masa lalu dan merupakan warisan yang harus dilestarikan.
Dia mengatakan yang paling penting diwariskan bukan bendanya tetapi nilai yang terkandung di dalam arsip tersebut.
"Misalnya arsip mengenai Basoeki Abdullah, di dalam arsip tersebut kita melihat nilai bahwa itu bukti pencapaian seorang Basoeki dalam bidang kesenian yang menjadi maestro dunia," kata dia.
Dia mengatakan, secara umum arsip dapat diartikan sebagai surat-surat penting atau surat-surat berharga, apapun bentuknya, jenisnya ada dua arsip kelembagaan atau arsip perorangan.
Arsip juga memiliki dua jenis ingatan yang pertama ingatan kolektif seperti naskah proklamasi yang menjadi ingatan bersama bangsa Indonesia dan juga memori individual seperti ketika melihat poster pagelaran seni lukis Basoeki Abdullah, maka kita akan mengetahui kapan pameran itu dilangsungkan.
Dia mengatakan, arsip atau pengarsipan ada ketika ada tulisan, dan tulisan pertama yang diterima bangsa Indonesia adalah aksara Pallawa dari India.
Dengan adanya tulisan tersebut maka tidak otomatis tulisan tersebut menjadi arsip atau pengarsipan, kemudian tulisan tersebut banyak ditemukan dalam bentuk prasasti, dalam ilmu arkeologi prasasti dalapt menjadi bukti-bukti arsip yang pertama.
Kemudian dalam perkembangannya arsip ditulis di daun lontar, bentuk tradisi arsip semakin meningkat ketika Belanda datang ke Indonesia, karena orang Belanda sudah mengenal tradisi untuk menyimpan surat-surat berharga yang menjadi dokumen penting.
Sementara benda-benda yang biasa digunakan tokoh digolongkan sebagai memorabilia.
"Benda yang berhubungan dengan tokoh misalnya kaca mata yang digunakan Bung Hatta atau tongkat yang sering dipakai Bung Karno atau benda lain yang terikat dengan tokoh seperti baju, mobil dan lainnya digolongakan sebagai memorabilia," kata dia.
"Kalau warisan itu hilang maka bukti jati diri kita juga hilang. Itulah pentingnya arsip maka harus dipelihara, karena itu adalah warisan dari generasi masa lalu, keterkaitan kita dengan nenek moyang kita," kata Munandar, di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, arsip adalah unicum (tunggal) yang berasal dari masa lalu dan merupakan warisan yang harus dilestarikan.
Dia mengatakan yang paling penting diwariskan bukan bendanya tetapi nilai yang terkandung di dalam arsip tersebut.
"Misalnya arsip mengenai Basoeki Abdullah, di dalam arsip tersebut kita melihat nilai bahwa itu bukti pencapaian seorang Basoeki dalam bidang kesenian yang menjadi maestro dunia," kata dia.
Dia mengatakan, secara umum arsip dapat diartikan sebagai surat-surat penting atau surat-surat berharga, apapun bentuknya, jenisnya ada dua arsip kelembagaan atau arsip perorangan.
Arsip juga memiliki dua jenis ingatan yang pertama ingatan kolektif seperti naskah proklamasi yang menjadi ingatan bersama bangsa Indonesia dan juga memori individual seperti ketika melihat poster pagelaran seni lukis Basoeki Abdullah, maka kita akan mengetahui kapan pameran itu dilangsungkan.
Dia mengatakan, arsip atau pengarsipan ada ketika ada tulisan, dan tulisan pertama yang diterima bangsa Indonesia adalah aksara Pallawa dari India.
Dengan adanya tulisan tersebut maka tidak otomatis tulisan tersebut menjadi arsip atau pengarsipan, kemudian tulisan tersebut banyak ditemukan dalam bentuk prasasti, dalam ilmu arkeologi prasasti dalapt menjadi bukti-bukti arsip yang pertama.
Kemudian dalam perkembangannya arsip ditulis di daun lontar, bentuk tradisi arsip semakin meningkat ketika Belanda datang ke Indonesia, karena orang Belanda sudah mengenal tradisi untuk menyimpan surat-surat berharga yang menjadi dokumen penting.
Sementara benda-benda yang biasa digunakan tokoh digolongkan sebagai memorabilia.
"Benda yang berhubungan dengan tokoh misalnya kaca mata yang digunakan Bung Hatta atau tongkat yang sering dipakai Bung Karno atau benda lain yang terikat dengan tokoh seperti baju, mobil dan lainnya digolongakan sebagai memorabilia," kata dia.
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2017
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.