Banyak masyarakat yang menanyakan ke saya tentang orangtuanya, anak, saudara, kerabat, teman dan lainnya yang belum dapat dihubungi
Jakarta (ANTARA News) - "Saya masih bisa menolak wawancara dengan media. Tapi dengan masyarakat yang kehilangan saudaranya saat ini saya harus menjelaskan dan membantu dengan sabar," tulis Sutopo Purwo Nugroho melalui grup WhatsApp yang diterima di Jakarta, Minggu (30/9) malam.
Sebagai kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo merupakan salah satu pejabat BNPB yang paling sibuk saat terjadi bencana.
Tidak terkecuali saat gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9) sore.
Baca juga: BMKG keluarkan peringatan dini tsunami di Sulteng-Sulbar
Sebagai ujung tombak untuk berhubungan dengan pers dan media massa, Sutopo memiliki 21 grup WhatsApp untuk melayani wartawan.
Tidak hanya itu, nomor kontak Sutopo ternyata juga sudah tersebar ke masyarakat luas sehingga banyak yang meneleponnya untuk menanyakan situasi terkini, bahkan menanyakan kabar keluarganya yang hilang kontak.
"Banyak masyarakat yang menanyakan ke saya tentang orangtuanya, anak, saudara, kerabat, teman dan lainnya yang belum dapat dihubungi sampai saat ini di tempat bencana sana. Orang asing pun banyak yang telpon atau WhatsApp menanyakan korban dan penanganan," katanya
Tanpa menghiraukan kondisi tubuhnya yang sakit kanker paru-paru stadium 4B, Sutopo tetap marathon menggelar konferensi pers untuk menyampaikan informasi terkini kepada media.
Baca juga: Sutopo, siarkan longsor Brebes sambil menunggu jadwal operasi
"Fisik rasanya makin lemah. Nyeri punggung dan dada kiri menyakitkan. Rasa mual, ingin muntah, sesak napas, daan lainnya saya rasakan. Bahkan tulang belakang saya sudah bengkok karena tulang terdorong massa kanker, makanya jalan saya miring," katanya.
Di tengah kondisi itu, Sutopo tetap menyampaikan komitmennya untuk menggelar konperensi pers selama masa tanggap darurat bencana di Sulawesi Tengah.
"Dengan keterbatasan yang ada mohon dimaafkan jika ada pertanyaan yang tidak dijawab. Panggilan telpon yang tidak diangkat. Undangan wawancara yang tidak bisa dipenuhi hadirnya," katanya. *
Baca juga: Presiden minta evakuasi korban gempa Palu jadi prioritas pertama
Baca juga: Round up - Jaringan komunikasi pulih, Mendagri klarifikasi penjarahan
Sebagai kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo merupakan salah satu pejabat BNPB yang paling sibuk saat terjadi bencana.
Tidak terkecuali saat gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9) sore.
Baca juga: BMKG keluarkan peringatan dini tsunami di Sulteng-Sulbar
Sebagai ujung tombak untuk berhubungan dengan pers dan media massa, Sutopo memiliki 21 grup WhatsApp untuk melayani wartawan.
Tidak hanya itu, nomor kontak Sutopo ternyata juga sudah tersebar ke masyarakat luas sehingga banyak yang meneleponnya untuk menanyakan situasi terkini, bahkan menanyakan kabar keluarganya yang hilang kontak.
"Banyak masyarakat yang menanyakan ke saya tentang orangtuanya, anak, saudara, kerabat, teman dan lainnya yang belum dapat dihubungi sampai saat ini di tempat bencana sana. Orang asing pun banyak yang telpon atau WhatsApp menanyakan korban dan penanganan," katanya
Tanpa menghiraukan kondisi tubuhnya yang sakit kanker paru-paru stadium 4B, Sutopo tetap marathon menggelar konferensi pers untuk menyampaikan informasi terkini kepada media.
Baca juga: Sutopo, siarkan longsor Brebes sambil menunggu jadwal operasi
"Fisik rasanya makin lemah. Nyeri punggung dan dada kiri menyakitkan. Rasa mual, ingin muntah, sesak napas, daan lainnya saya rasakan. Bahkan tulang belakang saya sudah bengkok karena tulang terdorong massa kanker, makanya jalan saya miring," katanya.
Di tengah kondisi itu, Sutopo tetap menyampaikan komitmennya untuk menggelar konperensi pers selama masa tanggap darurat bencana di Sulawesi Tengah.
"Dengan keterbatasan yang ada mohon dimaafkan jika ada pertanyaan yang tidak dijawab. Panggilan telpon yang tidak diangkat. Undangan wawancara yang tidak bisa dipenuhi hadirnya," katanya. *
Baca juga: Presiden minta evakuasi korban gempa Palu jadi prioritas pertama
Baca juga: Round up - Jaringan komunikasi pulih, Mendagri klarifikasi penjarahan
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.