Jakarta (ANTARA News) - Tinggi tsunami yang menerjang wilayah pesisir Kota Palu, Sulawesi Tengah, bersamaan dengan gempa 7,4 Skala Richter pada Jumat (28/9) dilaporkan sampai enam meter menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho.

"Kami menerima laporan, tsunami di Palu kemarin ternyata ada yang tingginya mencapai enam meter," kata Sutopo di Kantor BNPB Jakarta, Sabtu.

Sutopo menjelaskan bahwa menurut laporan yang masuk ke BNPB ketika tsunami terjadi, ada seorang warga yang menyelamatkan diri dengan memanjat pohon setinggi enam meter namun masih kena terjangan gelombang.

"Ternyata masih kena juga. Kalau data BNPB ini tsunami melanda empat wilayah dan tiap wilayah ketinggian tsunaminya berbeda dengan status waspada dan siaga," kata Sutopo.

"Mengapa tsunami tidak sama tinggi, ya karena itu tergantung topografi wilayah dan materinya," ia menambahkan.

Guna mengetahui pasti daerah yang terdampak tsunami dan ketinggian tsunaminya, BNPB masih memerlukan data citra satelit.

BNPB akan berkoordinasi dengan peneliti tsunami dari berbagai instansi untuk membantu melakukan pendataan sekaligus mengetahui tingkat ancaman tsunami dan gempa di wilayah Sulawesi.

"Kemudian perlu menjadi pembelajaran ke depan, terkait dengan tata ruang di Kota Palu dan Donggala yang perlu disesuaikan dengan tingkat ancaman gempa dan tsunami yang ada," kata Sutopo.
Wilayah kota Palu dan Donggala, ia menjelaskan, dilewati sesar patahan Palu-Koro yang setiap tahun bergeser atau bergerak 35 milimeter sampai dengan 45 milimeter, menjadikannya sebagai patahan dengan pergerakan terbesar kedua di Indonesia setelah patahan Yapen di Kepulauan Yapen, Papua Barat, dengan pergerakan mencapai 46 milimeter per tahun.

"Patahan ini pernah menyebabkan gempa dengan magnitude 7,9 Skala Richter," demikian Sutopo.

Baca juga: BMKG: tsunami 1,5 meter terpantau di Palu
Baca juga: Gempa Donggala akibat aktivitas sesar Palu Koro

 
Pewarta: 
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2018