Harapan itu tersirat dalam rencana induk keantariksaan yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2017, yang berlaku sampai 2040
Yogyakarta, (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia memiliki harapan pada 20 tahun mendatang dapat membangun bandar antariksa dan roket yang mampu meluncur ke luar angkasa untuk kepentingan negeri ini.
"Harapan itu tersirat dalam rencana induk keantariksaan yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2017, yang berlaku sampai 2040," kata Sekretaris Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Erna Sri Adiningsih di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Selasa.
Pada "Workshop Kompetisi Muatan Roket Indonesia (Komurindo) dan Kompetisi Muatan Balon Atmosfer (Kombat) 2018", ia mengakui perkembangan teknologi roket di Indonesia masih lambat dibandingkan dengan negara berkembang lainnya dan masih bergantung dengan teknologi mancanegara.
"Coba kita lihat, perjalanan teknologi roket di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1960-an hingga sekarang. Dalam kurun waktu lima dasawarsa kemajuan roket jika dibandingkan negara berkembang lain seperti India, Indonesia masih tertinggal," katanya.
Padahal, menurut dia, waktu yang digunakan India untuk memulai penelitian teknologi roket tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Untuk itu dibutuhkan campur tangan dari berbagai pihak untuk bersama-sama mendukung perkembangan roket agar dapat menyusul negara lain.
"Saya berharap masyarakat Indonesia tidak hanya bertumpu kepada Lapan aja untuk urusan pengembangan roket, melainkan juga ada pihak-pihak dari industri yang ada di Indonesia untuk membantu perkembangan keantariksaan," katanya.
Selain itu, kata dia, ide-ide segar dari anak-anak muda Indonesia sangat diharapkan untuk membantu tumbuh kembang teknologi roket di Tanah Air. Untuk itu, Lapan mengadakan kompetisi roket dan balon udara secara rutin sejak 2007 untuk seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia, dan setiap tahun ditingkatkan kualitasnya.
"Dengan adanya Komurindo-Kombat itu diharapkan mampu menarik minat mahasiswa untuk menuangkan ide dan kreasi serta melakukan penelitian terhadap teknologi roket dan muatan," kata Erna.
Menurut dia, ajang Komurindo-Kombat kali ini memiliki perbedaan dengan kompetisi sebelumnya, karena diadakan dua tahun sekali, terhitung sejak 31 Januari 2018 untuk mengumpulkan proposal penelitian yang akan mengikuti dua tahap seleksi.
Proposal yang sudah lolos seleksi tahap 2, akan mengikuti perlombaan peluncuran roket pada 21-25 Agustus 2019 di daerah Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kompetisi ini diikuti 276 orang yang terbagi menjadi tiga kategori, yakni kategori muatan balon atmosfer, kategori muatan roket, dan kategori wahana sistem kendali.
Semetara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan AIK UMY Hilman Latief mengatakan seluruh peserta "Workshop Komurindo Kombat 2018" diharapkan dapat mengambil pelajaran secara langsung dari para ahli roket dan keantariksaan.
"Kami berharap seluruh peserta dapat menggali informasi dan pengetahuan perihal antariksa dari para ahli yang nanti dapat diterapkan pada alat buatan para peserta `Workshop Komurindo-Kombat 2018," katanya.
Baca juga: Tommy Soeharto berniat mendirikan Universitas Antariksa di Biak
Baca juga: Trump perintahkan dirikan pasukan antariksa
"Harapan itu tersirat dalam rencana induk keantariksaan yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2017, yang berlaku sampai 2040," kata Sekretaris Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Erna Sri Adiningsih di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Selasa.
Pada "Workshop Kompetisi Muatan Roket Indonesia (Komurindo) dan Kompetisi Muatan Balon Atmosfer (Kombat) 2018", ia mengakui perkembangan teknologi roket di Indonesia masih lambat dibandingkan dengan negara berkembang lainnya dan masih bergantung dengan teknologi mancanegara.
"Coba kita lihat, perjalanan teknologi roket di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1960-an hingga sekarang. Dalam kurun waktu lima dasawarsa kemajuan roket jika dibandingkan negara berkembang lain seperti India, Indonesia masih tertinggal," katanya.
Padahal, menurut dia, waktu yang digunakan India untuk memulai penelitian teknologi roket tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Untuk itu dibutuhkan campur tangan dari berbagai pihak untuk bersama-sama mendukung perkembangan roket agar dapat menyusul negara lain.
"Saya berharap masyarakat Indonesia tidak hanya bertumpu kepada Lapan aja untuk urusan pengembangan roket, melainkan juga ada pihak-pihak dari industri yang ada di Indonesia untuk membantu perkembangan keantariksaan," katanya.
Selain itu, kata dia, ide-ide segar dari anak-anak muda Indonesia sangat diharapkan untuk membantu tumbuh kembang teknologi roket di Tanah Air. Untuk itu, Lapan mengadakan kompetisi roket dan balon udara secara rutin sejak 2007 untuk seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia, dan setiap tahun ditingkatkan kualitasnya.
"Dengan adanya Komurindo-Kombat itu diharapkan mampu menarik minat mahasiswa untuk menuangkan ide dan kreasi serta melakukan penelitian terhadap teknologi roket dan muatan," kata Erna.
Menurut dia, ajang Komurindo-Kombat kali ini memiliki perbedaan dengan kompetisi sebelumnya, karena diadakan dua tahun sekali, terhitung sejak 31 Januari 2018 untuk mengumpulkan proposal penelitian yang akan mengikuti dua tahap seleksi.
Proposal yang sudah lolos seleksi tahap 2, akan mengikuti perlombaan peluncuran roket pada 21-25 Agustus 2019 di daerah Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kompetisi ini diikuti 276 orang yang terbagi menjadi tiga kategori, yakni kategori muatan balon atmosfer, kategori muatan roket, dan kategori wahana sistem kendali.
Semetara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan AIK UMY Hilman Latief mengatakan seluruh peserta "Workshop Komurindo Kombat 2018" diharapkan dapat mengambil pelajaran secara langsung dari para ahli roket dan keantariksaan.
"Kami berharap seluruh peserta dapat menggali informasi dan pengetahuan perihal antariksa dari para ahli yang nanti dapat diterapkan pada alat buatan para peserta `Workshop Komurindo-Kombat 2018," katanya.
Baca juga: Tommy Soeharto berniat mendirikan Universitas Antariksa di Biak
Baca juga: Trump perintahkan dirikan pasukan antariksa
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Andi Jauhary
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: Andi Jauhary
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.