Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menilai terobosan kebijakan-kebijakan investasi ke depannya harus lebih "nendang" sehingga realisasi investasi di dalam negeri tetap terjaga dan terus meningkat.
"Tentunya sekarang lagi berat karena kondisi eksternal lebih berat dari 2017. Tapi balik lagi, membuat terobosan yang nendang, itu lebih penting lagi," ujar Thomas saat jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi penanaman modal di Indonesia pada triwulan III-2018 mencapai Rp173,8 triliun, menurun 1,6 persen dibandingkan realisasi investasi pada peride yang sama tahun sebelumnya Rp176,6 triliun.
Thomas menyebutkan ditundanya sejumlah proyek-proyek infrastruktur pemerintah, memang memengaruhi realisasi investasi sepanjang tahun ini.
"Jadi kita ada beberapa proyek yang sudah diwacanakan beberapa waktu lalu, tapi karena eksekusi kebijakan dan eksekusi pengawalan tidak optimal, masih belum bisa direalisasi di triwulan I II atau III tahun ini. Mungkin sebagian bisa direaliasasi di triwulan IV, paling lambat saya harapkan bisa di triwulan I 2019. Tapi itu tergantung keseriusan kita buat terobosan yang benar-benar "nendang" sifatnya, tidak nanggung atau setengah hati," kata Thomas.
Selain itu, kebijakan-kebiijakan untuk mendukung investasi yang dibuat pada tahun lalu dirasakan imbasnya pada tahun ini seperti pemberian tax holiday hingga 20 tahun dinilai masih belum optimal sehingga realisasi investasi trennya menurun.
"Jadi sekarang kita dorong tax holiday yang lebih nendang, bukan hanya dari sisi jumlah tahunnya tapi juga mencakup lebih banyak sektor dan juga deregulasi atau reformasi lainnya yang bisa mengembalikan momentum pada realisasi investasi," ujar Thomas.
Ia menambahkan walaupun saat ini gejolak ekonomi global menekan ekonomi domestik, namun pemerintah harus fokus pada internal dimana terobosan kebijakan-kebijakan pemerintah untuk meningkatkan investasi di Tanah Air dapat lebih efektif dan menarik bagi investor.
"Ada momentum investasi yang kuat di 2016-2017 yang tentunya tidak lepas dari gelombang reformasi dan program deregulasi yang diluncurkan di 2015 dan tax amnesty yang dilakukan di 2016. Sayangnya di 2017 tidak ada terobosan ekonomi yang berati, dan sudah pasti investasi di tahun berikutnya tidak optimal. Saya sampaikan apa adanya, menurut saya ini harus jadi bahan introspeksi buat tim ekonomi supaya terobosan kita ke depan lebih nendang," kata Thomas.
Kendati pada triwulan III-2018 realisasi investasi menurun, namun realisasi investasi selama Januari-September 2018 naik 4,3 persen menjadi Rp535,4 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp513,2 triliun.
Selama triwulan III-2018, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp84,7 triliun, naik 30,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp64,9 triliun. Sedangkan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) Rp89,1 triliun, turun 20,2 persen dibandingkan periode yang sama 2017 Rp111,7 triliun.
Baca juga: BKPM prediksi realisasi investasi 2018 Rp730 triliun
"Tentunya sekarang lagi berat karena kondisi eksternal lebih berat dari 2017. Tapi balik lagi, membuat terobosan yang nendang, itu lebih penting lagi," ujar Thomas saat jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi penanaman modal di Indonesia pada triwulan III-2018 mencapai Rp173,8 triliun, menurun 1,6 persen dibandingkan realisasi investasi pada peride yang sama tahun sebelumnya Rp176,6 triliun.
Thomas menyebutkan ditundanya sejumlah proyek-proyek infrastruktur pemerintah, memang memengaruhi realisasi investasi sepanjang tahun ini.
"Jadi kita ada beberapa proyek yang sudah diwacanakan beberapa waktu lalu, tapi karena eksekusi kebijakan dan eksekusi pengawalan tidak optimal, masih belum bisa direalisasi di triwulan I II atau III tahun ini. Mungkin sebagian bisa direaliasasi di triwulan IV, paling lambat saya harapkan bisa di triwulan I 2019. Tapi itu tergantung keseriusan kita buat terobosan yang benar-benar "nendang" sifatnya, tidak nanggung atau setengah hati," kata Thomas.
Selain itu, kebijakan-kebiijakan untuk mendukung investasi yang dibuat pada tahun lalu dirasakan imbasnya pada tahun ini seperti pemberian tax holiday hingga 20 tahun dinilai masih belum optimal sehingga realisasi investasi trennya menurun.
"Jadi sekarang kita dorong tax holiday yang lebih nendang, bukan hanya dari sisi jumlah tahunnya tapi juga mencakup lebih banyak sektor dan juga deregulasi atau reformasi lainnya yang bisa mengembalikan momentum pada realisasi investasi," ujar Thomas.
Ia menambahkan walaupun saat ini gejolak ekonomi global menekan ekonomi domestik, namun pemerintah harus fokus pada internal dimana terobosan kebijakan-kebijakan pemerintah untuk meningkatkan investasi di Tanah Air dapat lebih efektif dan menarik bagi investor.
"Ada momentum investasi yang kuat di 2016-2017 yang tentunya tidak lepas dari gelombang reformasi dan program deregulasi yang diluncurkan di 2015 dan tax amnesty yang dilakukan di 2016. Sayangnya di 2017 tidak ada terobosan ekonomi yang berati, dan sudah pasti investasi di tahun berikutnya tidak optimal. Saya sampaikan apa adanya, menurut saya ini harus jadi bahan introspeksi buat tim ekonomi supaya terobosan kita ke depan lebih nendang," kata Thomas.
Kendati pada triwulan III-2018 realisasi investasi menurun, namun realisasi investasi selama Januari-September 2018 naik 4,3 persen menjadi Rp535,4 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp513,2 triliun.
Selama triwulan III-2018, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp84,7 triliun, naik 30,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp64,9 triliun. Sedangkan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) Rp89,1 triliun, turun 20,2 persen dibandingkan periode yang sama 2017 Rp111,7 triliun.
Baca juga: BKPM prediksi realisasi investasi 2018 Rp730 triliun
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.