Bontang, Kaltim, (ANTARA News) - PT Kereta Api Indonesia ingin menjadi operator tunggal kereta cepat Jakarta-Bandung.

Direktur Utama KAI Edi Sukmoro saat ditemui di sela-sela Rapat Koordinasi BUMN di Bontang, Selasa, mengatakan pihaknya telah menyurati konsorsium kereta cepat Jakarta-Bandung, PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) untuk mewujudkan keinginan tersebut tanpa bermitra dengan siapapun. 

"Kami masih menunggu untuk keputusan KCIC, apakah KAI menjadi operator. Saya sudah mengirim surat. Saya berharap tidak ada lelang operator," katanya. 
Dia menjelaskan alasan ingin menjadi operator tunggal adalah ingin memastikan layanan publik yang menurutnya sudah terjamin. 


"Karena layanan kereta api di Indonesia itu ada layanan publiknya. Bayangkan kalau kereta swasta masuk tanpa ada kolaborasi, lalu dia ada gangguan, maka dia langsung memberhentikan layanannya. Kalau KAI kan tidak," katanya. 
Selain itu, kepastian akan penunjukkan KAI sebagai operator sangat ditunggu karena KAI harus melatih sumber daya manusianya. 
"Kami membutuhkan waktu untuk melatih SDM kami. Jika tidak segera dimulai pelatihannya, nanti saat pembangunan KCJB selesai di akhir 2019, SDM tidak siap," kata Edi.


Sementara itu, Direktur Utama Wika Tumiyana di mana perusahaannya selaku kontraktor pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung PT Wijaya Karya (Persero) Tbk mengatakan pembangunan konstruksi KCJB menunjukkan tren positif yang ditandai dengan telah selesainya akuisisi lahan 113 kilometer atau 80 persen dari total jalur KCJB sepanjang 142,3 kilometer. 

"Masih ada sisa lahan sepanjang 29,3 kilometer akan segera dibebaskan dan dioptimalkan bagi fasilitas umum dan sosial," katanya. 

Dia menambahkan pihaknya juga telah menerima mandatori pekerjaan awal konstruksi dari PT KCIC selaku pemilik proyek untuk lahan sepanjang 83,3 km dari lahan yang sudah diakuisisi.

"Kurang dari satu semester sejak bergulirnya drawdown atau pencairan awal dari China Development Bank pada April lalu, percepatan pekerjaan konstruksi kereta cepat Jakarta-Bandung terus menunjukkan grafik yang meningkat. Hingga pekan ketiga Oktober ini," katanya. 

Wika yang merupakan bagian dari Konsorsium Kontraktor Pembangunan Kereta Cepat Jakarta- Bandung (HSRCC) telah menggarap tidak kurang dari 74 persen lahan yang selesai diakuisisi. 

Dia menjelaskan, HSRCC telah memetakan 216 titik lokasi pekerjaan konstruksi, di mana 34 diantaranya telah dimulai konstruksi. Konstruksi paling utama sudah dimulai padatitik-titik kritis dengan total 22 titik kritis, antara lain struktur, tunnel (terowongan) , jembatan, dan subgrade.

"Prioritas pertama, kami fokuskan kepada titik-titik kritis karena di sinilah sejatinya lokasi pekerjaan dengan tingkat risiko tinggi itu harus diselesaikan dengan kalkulasi terukur dan prudent," kata Tumiyana.

Titik kritis dimaknai sebagai lokasi dimana jalur yang akan dilintasi oleh KCJB akan bersinggungan dengan fasilitas atau penunjang infrastruktur yang sudah ada sebelumnya, karena itu dibutuhkan relokasi atau penyesuaian-penyesuaian. 

Pada fasilitas atau penunjang infrastruktur tersebut tanpa mengurangi fungsi dan esensi yang melekat. "Hal itu menjadi prioritas, mengingat karateristik kereta cepat Jakarta-Bandung dengan lajunya yang sangat cepat, memang membutuhkan perlintasan sebidang sebagai mitigasi keselamatan," ujar Tumiyana.

Sementara Komisaris Utama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, pemegang saham PT KCIC, Sahala Lumban Gaol mengatakan KCJB akan menggunakan teknologi terbaru kereta cepat dari China. "Kecepatannya akan mencapai 350 kilometer per jam," kata Sahala.

Baca juga: Kereta terbang buatan China melaju 1.000 km/jam
 
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2018