Jakarta (ANTARA News) - The Great Wall atau tembok besar china yang disebut dibangun selama 1.700 tahun menyimpan misteri: yang diketahui banyak orang dan yang tersimpan menjadi satu legenda. Film itu bercerita tentang misteri yang kedua.
The Great Wall bisa dikatakan jenis film Chiwood (China-Hollywood), perpaduan apik antara sutradara kawakan China, Zhang Yimou, yang beberapa filmnya masuk dalam jajaran nominasi Academy Awards dan membawa pulang piala dari sejumlah Festival Film Internasional, dengan para penulis Hollywood.
Tak hanya itu, film tersebut juga mengadu kemampuan akting bintang China dan Hollywood: aktris Jing Tian, aktor Hong Kong kawakan Andy Lau, mantan anggota boyband China-Korea Selatan EXO-M Lu Han, dan bintang Hollywood yang sudah tak asing lagi, Matt Jason Bourne Damon.
Dari deretan tim produksi dan pemain bisa dilihat bahwa film tersebut sangat menjanjikan bagi box office China dan Hollywood serta tentunya pasar film internasional, yang juga bisa jadi merupakan strategi Legendary Pictures yang nampaknya ingin menjelah peta yang lebih luas untuk film-filmnya.
Di luar casting dan produksi The Great Wall, Zhang dan para penulis Hollywood menyajikan tidak lebih dari sebuah film monster yang dipadukan dengan sejarah China yang tak terungkap dibumbui karakter heroik dan bahasa Inggris rasa Amerika.
The Great Wall dibuka narasi singkat penjelasan keberadaan tembok besar China secara fakta dan legenda, dan narasi yang menyebutkan bahwa film tersebut merupakan cerita legenda membuat penonton siap untuk menyantap "sajian" di luar realita.
Tak banyak basa-basi dan tak perlu menunggu konsentrasi penonton tercuri, Zhang menghadirkan tokoh protagonis William (Damon) dan temannya Tovar (Pedro Game of Thrones Pascal) di awal adegan. Zhang kemudian mulai menyajikan ide cerita film tersebut kepada penonton pada scene-scene selanjutnya.
Monster, yang kemudian diketahui bernama Tao Tie, merupakan spesies mirip kadal yang sudah lama mengancam China. Monster tersebut, diungkapkan, merupakan alasan mengapa tembok besar China dibangun. Bersamaan dengan hal itu, William dan Tovar juga mengetahui "senjata rahasia" yang selama ini mereka cari.
William dan Trovar mengaku seorang pedagang yang terbukti mahir dalam berperang. Kedua prajuit bayaran itu kemudian memutuskan untuk berpisah seiring timbulnya kesadaran William untuk menjadi prajurit baik (tipikal film Matt Damon) dengan melawan monster tersebut.
Memiliki kemampuan memanah yang luar biasa, William yang sebelumnya menjadi tawanan, berhasil mengambil hati pimpinan Orde Tanpa Nama, Lin (Jing Tian), satu-satunya komandan pasukan perempuan yang bisa berbahasa Inggris berkat Ballard (Dafoe) yang menjadi tawanan selama 25 tahun di camp tersebut.
Pesan Lin tentang sebuah kepercayaan berhasil mengubah pemikiran William;
"Kamu harus bisa mempercayai orang lain, dan kamu akan dipercaya."
Meski terkesan murahan (pesan moral yang hampir selalu ada dalam aspek film heroik), kalimat tersebut merupakan penggalan dialog terkuat dari Lin, atau bahkan dari seluruh karakter.
Karakter Lin sendiri sebagai jenderal perang pemimpin pasukan merupakan sumbangsih terhadap feminisme. Karakter perempuan heroik memang tidak asing lagi di film yang mengusung tema heroisme (yang terbaru pada Rogue One, misalnya), dan karakter Lin menambah daftar tersebut.
Berlabelkan film Chiwood (China-Hollywood), The Great Wall mematahkan anggapan efek visual film China yang berlebihan. Visualisasi monster dan perang pada film tersebut kental bumbu Hollywood, meski memang masih meninggalkan rasa China.
"Romantisme" hubungan William dan Tovar (bromance) menjadi bumbu tersendiri di The Great Wall. Persahabatan dua laki-laki itu bagai satu sendok penyedap rasa dalam film tersebut; memunculkan rasa humor yang seringkali mengundang tawa dari bangku penonton.
The Great Wall juga menjadi obat bagi mereka yang merindukan superstar tampan yang kini tak lagi muda, Andy Lau (55). Keponakan Bibi Lung itu mendapat porsi cukup besar di film tersebut.
Tak hanya itu, The Great Wall juga nampaknya akan mengundang K-Popers ke bioskop. Pasalnya, mantan anggota dari EXO-M, subkelompok dari boyband Cina-Korea Selatan EXO, Lu Han mendapat peran yang lumayan besar di film tersebut. Ini merupakan film kelimanya setelah memilih untuk bersolo karir.
Secara keseluruhan The Great Wall memang layak untuk ditonton, mengabaikan sejumlah hal yang menimbulkan pertanyaan seperti kenapa monster Tao Tie hanya menyerang manusia setiap 60 tahun sekali, dan hal yang sedikit tidak logis seperti adanya pasukan perempuan bungee-jumping yang melompat turun menyerang monster bagai umpan pancing padahal telah ada senjata yang memadai.
The Great Wall bisa jadi "uji coba" yang aman untuk konsolidasi film China-Hollywood, atau bahkan landmark untuk industri perfilman China-Amerika Serikat.
The Great Wall sendiri mulai tayang di bioskop Tanah Air pada 4 Januari 2017, dan rencananya akan mulai mengisi layar lebar Amerika Serikat pada 17 Februari 2017.
The Great Wall bisa dikatakan jenis film Chiwood (China-Hollywood), perpaduan apik antara sutradara kawakan China, Zhang Yimou, yang beberapa filmnya masuk dalam jajaran nominasi Academy Awards dan membawa pulang piala dari sejumlah Festival Film Internasional, dengan para penulis Hollywood.
Tak hanya itu, film tersebut juga mengadu kemampuan akting bintang China dan Hollywood: aktris Jing Tian, aktor Hong Kong kawakan Andy Lau, mantan anggota boyband China-Korea Selatan EXO-M Lu Han, dan bintang Hollywood yang sudah tak asing lagi, Matt Jason Bourne Damon.
Dari deretan tim produksi dan pemain bisa dilihat bahwa film tersebut sangat menjanjikan bagi box office China dan Hollywood serta tentunya pasar film internasional, yang juga bisa jadi merupakan strategi Legendary Pictures yang nampaknya ingin menjelah peta yang lebih luas untuk film-filmnya.
Di luar casting dan produksi The Great Wall, Zhang dan para penulis Hollywood menyajikan tidak lebih dari sebuah film monster yang dipadukan dengan sejarah China yang tak terungkap dibumbui karakter heroik dan bahasa Inggris rasa Amerika.
The Great Wall dibuka narasi singkat penjelasan keberadaan tembok besar China secara fakta dan legenda, dan narasi yang menyebutkan bahwa film tersebut merupakan cerita legenda membuat penonton siap untuk menyantap "sajian" di luar realita.
Tak banyak basa-basi dan tak perlu menunggu konsentrasi penonton tercuri, Zhang menghadirkan tokoh protagonis William (Damon) dan temannya Tovar (Pedro Game of Thrones Pascal) di awal adegan. Zhang kemudian mulai menyajikan ide cerita film tersebut kepada penonton pada scene-scene selanjutnya.
Monster, yang kemudian diketahui bernama Tao Tie, merupakan spesies mirip kadal yang sudah lama mengancam China. Monster tersebut, diungkapkan, merupakan alasan mengapa tembok besar China dibangun. Bersamaan dengan hal itu, William dan Tovar juga mengetahui "senjata rahasia" yang selama ini mereka cari.
William dan Trovar mengaku seorang pedagang yang terbukti mahir dalam berperang. Kedua prajuit bayaran itu kemudian memutuskan untuk berpisah seiring timbulnya kesadaran William untuk menjadi prajurit baik (tipikal film Matt Damon) dengan melawan monster tersebut.
Memiliki kemampuan memanah yang luar biasa, William yang sebelumnya menjadi tawanan, berhasil mengambil hati pimpinan Orde Tanpa Nama, Lin (Jing Tian), satu-satunya komandan pasukan perempuan yang bisa berbahasa Inggris berkat Ballard (Dafoe) yang menjadi tawanan selama 25 tahun di camp tersebut.
Pesan Lin tentang sebuah kepercayaan berhasil mengubah pemikiran William;
"Kamu harus bisa mempercayai orang lain, dan kamu akan dipercaya."
Meski terkesan murahan (pesan moral yang hampir selalu ada dalam aspek film heroik), kalimat tersebut merupakan penggalan dialog terkuat dari Lin, atau bahkan dari seluruh karakter.
Karakter Lin sendiri sebagai jenderal perang pemimpin pasukan merupakan sumbangsih terhadap feminisme. Karakter perempuan heroik memang tidak asing lagi di film yang mengusung tema heroisme (yang terbaru pada Rogue One, misalnya), dan karakter Lin menambah daftar tersebut.
Berlabelkan film Chiwood (China-Hollywood), The Great Wall mematahkan anggapan efek visual film China yang berlebihan. Visualisasi monster dan perang pada film tersebut kental bumbu Hollywood, meski memang masih meninggalkan rasa China.
"Romantisme" hubungan William dan Tovar (bromance) menjadi bumbu tersendiri di The Great Wall. Persahabatan dua laki-laki itu bagai satu sendok penyedap rasa dalam film tersebut; memunculkan rasa humor yang seringkali mengundang tawa dari bangku penonton.
The Great Wall juga menjadi obat bagi mereka yang merindukan superstar tampan yang kini tak lagi muda, Andy Lau (55). Keponakan Bibi Lung itu mendapat porsi cukup besar di film tersebut.
Tak hanya itu, The Great Wall juga nampaknya akan mengundang K-Popers ke bioskop. Pasalnya, mantan anggota dari EXO-M, subkelompok dari boyband Cina-Korea Selatan EXO, Lu Han mendapat peran yang lumayan besar di film tersebut. Ini merupakan film kelimanya setelah memilih untuk bersolo karir.
Secara keseluruhan The Great Wall memang layak untuk ditonton, mengabaikan sejumlah hal yang menimbulkan pertanyaan seperti kenapa monster Tao Tie hanya menyerang manusia setiap 60 tahun sekali, dan hal yang sedikit tidak logis seperti adanya pasukan perempuan bungee-jumping yang melompat turun menyerang monster bagai umpan pancing padahal telah ada senjata yang memadai.
The Great Wall bisa jadi "uji coba" yang aman untuk konsolidasi film China-Hollywood, atau bahkan landmark untuk industri perfilman China-Amerika Serikat.
The Great Wall sendiri mulai tayang di bioskop Tanah Air pada 4 Januari 2017, dan rencananya akan mulai mengisi layar lebar Amerika Serikat pada 17 Februari 2017.
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.