Arsip Foto. Aktivis memeragakan bahasa isyarat Tuna Rungu pada peringatan Hari Disabilitas Internasional saat acara Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Jalan Pahlawan, Semarang, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan menekankan pentingnya kesamaan bahasa dalam upaya menolong orang Tuli ketika terjadi bencana.
"Selama ini upaya anggota BNPB maupun BPBD dalam menolong orang Tuli seolah-olah seperti memaksa mereka karena belum ada kesamaan bahasa," kata Lilik dalam jumpa pers mengenai Konferensi Nasional Bahasa Isyarat Indonesia dalam Penanggulangan Bencana di Jakarta, Kamis.
Lilik mengakui kesulitan anggota BNPB maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ketika harus menolong orang Tuli ketika terjadi bencana. Anggota BNPB atau BPBD umumnya tidak memahami bahasa isyarat untuk memberikan informasi terkait bencana kepada orang Tuli.
Oleh karena itu BNPB bekerja sama dengan Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin), ADRA Indonesia dan The Unspoken Ministry mengadakan Konferensi Nasional Bahasa Isyarat Indonesia dalam Penanggulangan Bencana.
"Tujuan Konferensi ini adalah menyepakati bahasa seperti apa yang digunakan orang Tuli ketika menghadapi bencana," kata Lilik.
Ketua Umum DPP Gerkatin Bambang Prasetyo mengatakan ada lebih dari 125 orang dari 25 DPD Gerkatin yang hadir dalam konferensi untuk mempelajari cara menanggulangi dan mengurangi rasa sakit akibat bencana.
Pendiri The Unspoken Ministry Deicy Silvia mengatakan masyarakat masih sering salah paham dalam memandang orang Tuli dan Tuna Rungu.
"Orang Tuli adalah orang berbudaya Tuli, yaitu yang memahami bahasa isyarat. Sedangkan Tuna Rungu adalah mereka yang tidak berbudaya Tuli," jelasnya.
Deicy mengatakan masyarakat Tuli sedang berupaya memperjuangkan kesetaraan dengan masyarakat dengar, salah satunya mengenai penggunaan huruf besar "T" dalam kata "Tuli" dan "R" pada "Tuna Rungu".
Baca juga:
Difodeaf, aplikasi penerjemah bahasa isyarat buatan mahasiswa Universitas Brawijaya
Karya Surya Sahetapy diputar di Festival Film Tuli Shanghai
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.